Nah, selamat hari kelahiran. Saya nggak tahu mesti berbunga-bunga apa nggak. Bukannya, ketika kita bertambah tua, kita akan semakin dekat dengan kematian?
Well, kali ini saya akan mengungkap bagaimana saya dulu dan membandingkannya dengan saya yang sekarang. Saya agak terkejut juga karena saat ini saya banyak berubah. Kalau dulunya saya memiliki hubungan yang rentan dengan keluarga saya, saat ini saya dengan mereka malah sangat lengket. Bahkan mama pun kadang-kadang ngobrol tentang masalahnya kepada saya.
Kalau dulunya, saya adalah seorang yang pendiam. Yang merasa tidak memiliki siapa-siapa dan senantiasa bergantung pada seseorang. Saat ini ada banyak manusia-manusia yang menyenangkan yang senantiasa mengelilingi saya. Dan hebatnya, saya sudah tidak bergantung lagi. Akan tetapi, saya sudah tidak sendirian. . Awalnya agak aneh memang, tapi saya merasa jauh lebih baik.
Saya mengakui kalau saya sendiri sudah melalui banyak masa-masa pahit. Masa-masa yang bahkan teman terdekat saya sendiripun tidak tahu apa dan bagaimana. Tapi, seiring dengan berjalannya waktu, dari tahun ke tahun, saya akhirnya keluar dari masa-masa saya itu. Itu berarti, saya sudah lebih dewasa iya kan?
Saya ingat, tahun lalu, teman saya menuding kalau saya terlalu kekanakan. Cempreng. Dan agak berisik. Ketika itu saya menatapnya dengan tatapan terdingin saya. Menganggap dia adalah orang yang paling sok tahu dalam kehidupan pribadi saya. Bagaimana bisa, dengan mulut itu, dia menilai saya sebegitu standarnya padahal sesungguhnya, dia tidak tahu menahu sama sekali akan kehidupan saya yang sebenarnya?
Well, yang tua belum tentu dewasa dan yang muda belum tentu kekanakan. Jalani segala hal yang Tuhan berikan kepadamu, entah itu hal yang pahit, manis, atau keduanya. Jika diawalnya kau ingin menangis menghadapi hal-hal mengerikan itu, maka hadapilah. Saya yakin, suatu saat nanti kau akan tersadar betapa berharganya hal-hal pahit yang Tuhan berikan kepadamu ketika itu. Dan seperti itulah, bagaimana kau dapat memaknai sebuah kehidupan.
Selamat ulang tahun, diriku... :)
Mengungkap Hal Lama yang Tak Berlangsung Saat Ini
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
on Sabtu, 06 Agustus 2011
Label:
Hanya sebuah coretan
/
Comments: (2)
About 'Love'?
Em, saya ingat ketika seseorang mengatakan perasaannya kepada saya. Dia berkata kalau betapa pedihnya ketika kita mencintai seseorang yang tidak mencintai kita.
Saya pun seperti itu.
Saya menyukai orang yang salah. Dan sepertinya, saya mesti menyerah dan menyambut pria lain dengan kedua tangan saya yang lebar.
Saya pun seperti itu.
Saya menyukai orang yang salah. Dan sepertinya, saya mesti menyerah dan menyambut pria lain dengan kedua tangan saya yang lebar.
Mimpi yang Baik Bagian ke-2
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
on Rabu, 27 Juli 2011
Label:
Hanya sebuah coretan,
mimpi
/
Comments: (1)
Ketika itu saya pulang ke rumah. Saya mengendarai mobil yang saya lupa siapa supirnya. Di perjalanan pulang, saya melihat langit senada dengan kepulan asap rokok. Hampir gelap seluruhnya.
Tiba-tiba, semua orang menangis. Siapapun itu. Saya bertanya-tanya kenapa. Tapi nggak ada yang mau menjawab pertanyaan saya.
Seketika itu, saya tersadar kalau dunia akan kiamat.
Hal yang paling pertama saya pikirkan adalah ibu saya. Ibu saya sedang hamil besar. Dan saya mesti menolong ibu saya apapun yang terjadi. Saya tidak peduli kalau saya akan mati mengenaskan. Asal ibu saya bisa selamat. Atau setidaknya, meninggal tanpa merasakan sakit yang luar biasa.
Saya mulai merasakan dingin di ujung jari saya. Kemudian menyusun rencana panjang seraya terus menatap langit. Saya berniat membawa ibu saya ke atap rumah atau ke lapangan yang terhindar dari resiko rumah runtuh ataupun pohon tumbang. Nah, ternyata, ketika saya telah sampai di muka rumah saya...
...saya diberi tahu kalau kepulan asap itu berasal dari tabung PLN yang memang cuman berjarak kurang dari 1 KM dari rumah saya.
Waddehek?
Tiba-tiba, semua orang menangis. Siapapun itu. Saya bertanya-tanya kenapa. Tapi nggak ada yang mau menjawab pertanyaan saya.
Seketika itu, saya tersadar kalau dunia akan kiamat.
Hal yang paling pertama saya pikirkan adalah ibu saya. Ibu saya sedang hamil besar. Dan saya mesti menolong ibu saya apapun yang terjadi. Saya tidak peduli kalau saya akan mati mengenaskan. Asal ibu saya bisa selamat. Atau setidaknya, meninggal tanpa merasakan sakit yang luar biasa.
Saya mulai merasakan dingin di ujung jari saya. Kemudian menyusun rencana panjang seraya terus menatap langit. Saya berniat membawa ibu saya ke atap rumah atau ke lapangan yang terhindar dari resiko rumah runtuh ataupun pohon tumbang. Nah, ternyata, ketika saya telah sampai di muka rumah saya...
...saya diberi tahu kalau kepulan asap itu berasal dari tabung PLN yang memang cuman berjarak kurang dari 1 KM dari rumah saya.
Waddehek?
Mimpi yang Baik
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
on Sabtu, 23 Juli 2011
Label:
Hanya sebuah coretan,
mimpi
/
Comments: (0)
Kemaren saya dengar khutbah. Khutbah yang saya dengar itu berjudul Mimpi dalam Sudut Pandang Islam. Karena saya duduk di barisan yang paling belakang, saya cuman mendengar kalimat 'Mimpi yang Baik' terulang terus-menerus.
Well, tentang mimpi. Di post sebelumnya saya udah ngungkit-ngungkit tentang mimpi ketemu artis. Nah, hidup memang bagaikan roda yang terus berputar...
Kali ini saya mimpi buruk.
Mimpi buruk terjadi dua hari sebelum saya nge-post artikel ini. Sungguh, kedua-duanya memiliki tingkat ke-nggaklogisan yang sama. Saya dengar dari khutbah kalau mimpi yang buruk tidak boleh kita beritahukan kepada orang lain. Tapi yah, meskipun begitu... tangan saya udah gatel buat ngumbar-ngumbar mimpi jelek saya.
Dua hari yang lalu, saya lagi ngambek. Saya lupa karena apa dan disitu ada papa saya. Kenyataannya, papa saya telah berangkat ke luar negeri untuk bekerja. Tapi toh ini mimpi. Saya lupa kalau papa saya sebenarnya tidak ada di Indonesia.
Singkat cerita, saya ngambek berat. Lupa karena apa. Nah, karena ngambek saya berjongkok dan berpura-pura tertidur. Menurut pemikiran saya saat itu, dengan pura-pura tidur sambil jongkok, bisa mengantarkan kita ke tempat yang lain. Errr, saya juga nggak ngerti gimana ngejelasinnya. Tapi itu benar-benar terjadi! Maksud saya, ketika saya pura-pura membatu, tiba-tiba, tanah bergera membawa saya entah kemana. Solah-olah saya sedang menaiki eskalator rata.
Saya sampai ke suatu perempatan gelap dengan bangunan-bangunan tak berpenghuni. Tidak ada pejalan kaki ataupun kendaraan. Beberapa bangunan diantaranya memiliki lampu berwarna-warni. Saat itu pula saya tahu kalau saat itu saya sedang berada di depan sebuah mall panakukang. Kalau dipikir-pikir, potret mall panakukang yang ada di Makassar berbeda jauh dengan yang saya lihat di mimpi saya.
Saya masuk ke mall.
Sesampai disana, saya mengunjungi toko buku yang berada di lantai satu. Toko buku itu memiliki satu rak khusus novel. Tapi novelnya nggak menarik sama sekali. Saya berputar ke rak majalah. Ternyata kebanyakan dari majalah yang ada di sana adalah majalah keluaran lama. Herannya, untuk majalah donal ebbek keluaran lama dihargai 26.000.
Saya speechless.
Nggak jadi beli majalah, saya kembali ke rak novel. Ketika saya merapikan buku-buku yang teracak-acak, saya melihat sebuah analog berwarna merah yang waktunya terhitung mundur. Analog itu seperempat dari besar kotak korek api. Saya kaget. Menerka-nerka kalau itu adalah bom.
Waktu yang tersisa saat itu kira-kira kurang dari 20 detik. Saya panik. Wanita yang ada di samping saya juga panik. Saya berdebar ketika berlari keluar dari toko buku dan menuju jendela. Herannya, disana ada ibu saya.
Saya berteriak memanggil ibu saya.
Lalu adik lelaki saya berlari mendahului ibu saya yang sedang berteriak ketakutan. Ibu saya menyuruh nenek saya keluar dengan cepat dari mall. Termasuk dengan kakek saya. Ketika saya telah berada di luar mall, entah kenapa mall itu berpindah lokasi menjadi rumah nenek saya. Alhasil, ketika itu saya tengah berada di halaman rumah nenek.
Saya masih panik. Meskipun saya telah berada di kebun belakang nenek saya, saya tetap berlari sambil mengkhawatirkan ibu. Saya menunggui ibu saya mengajak nenek. Sementara itu saya bersiap-siap melompat ke kanal.
Dan ketika bom itu akan segera meledakkan dirinya. Ketika saya sudah merasakan feel ledakan...
Saya tiba-tiba terbangun dengan nafas terengah. Dada saya seperti dihantam oleh benda keras.
Saya ngerasa takjub.
Nah, mimpi kedua saya akan saya ceritakan di post selanjutnya :)
Well, tentang mimpi. Di post sebelumnya saya udah ngungkit-ngungkit tentang mimpi ketemu artis. Nah, hidup memang bagaikan roda yang terus berputar...
Kali ini saya mimpi buruk.
Mimpi buruk terjadi dua hari sebelum saya nge-post artikel ini. Sungguh, kedua-duanya memiliki tingkat ke-nggaklogisan yang sama. Saya dengar dari khutbah kalau mimpi yang buruk tidak boleh kita beritahukan kepada orang lain. Tapi yah, meskipun begitu... tangan saya udah gatel buat ngumbar-ngumbar mimpi jelek saya.
Dua hari yang lalu, saya lagi ngambek. Saya lupa karena apa dan disitu ada papa saya. Kenyataannya, papa saya telah berangkat ke luar negeri untuk bekerja. Tapi toh ini mimpi. Saya lupa kalau papa saya sebenarnya tidak ada di Indonesia.
Singkat cerita, saya ngambek berat. Lupa karena apa. Nah, karena ngambek saya berjongkok dan berpura-pura tertidur. Menurut pemikiran saya saat itu, dengan pura-pura tidur sambil jongkok, bisa mengantarkan kita ke tempat yang lain. Errr, saya juga nggak ngerti gimana ngejelasinnya. Tapi itu benar-benar terjadi! Maksud saya, ketika saya pura-pura membatu, tiba-tiba, tanah bergera membawa saya entah kemana. Solah-olah saya sedang menaiki eskalator rata.
Saya sampai ke suatu perempatan gelap dengan bangunan-bangunan tak berpenghuni. Tidak ada pejalan kaki ataupun kendaraan. Beberapa bangunan diantaranya memiliki lampu berwarna-warni. Saat itu pula saya tahu kalau saat itu saya sedang berada di depan sebuah mall panakukang. Kalau dipikir-pikir, potret mall panakukang yang ada di Makassar berbeda jauh dengan yang saya lihat di mimpi saya.
Saya masuk ke mall.
Sesampai disana, saya mengunjungi toko buku yang berada di lantai satu. Toko buku itu memiliki satu rak khusus novel. Tapi novelnya nggak menarik sama sekali. Saya berputar ke rak majalah. Ternyata kebanyakan dari majalah yang ada di sana adalah majalah keluaran lama. Herannya, untuk majalah donal ebbek keluaran lama dihargai 26.000.
Saya speechless.
Nggak jadi beli majalah, saya kembali ke rak novel. Ketika saya merapikan buku-buku yang teracak-acak, saya melihat sebuah analog berwarna merah yang waktunya terhitung mundur. Analog itu seperempat dari besar kotak korek api. Saya kaget. Menerka-nerka kalau itu adalah bom.
Waktu yang tersisa saat itu kira-kira kurang dari 20 detik. Saya panik. Wanita yang ada di samping saya juga panik. Saya berdebar ketika berlari keluar dari toko buku dan menuju jendela. Herannya, disana ada ibu saya.
Saya berteriak memanggil ibu saya.
Lalu adik lelaki saya berlari mendahului ibu saya yang sedang berteriak ketakutan. Ibu saya menyuruh nenek saya keluar dengan cepat dari mall. Termasuk dengan kakek saya. Ketika saya telah berada di luar mall, entah kenapa mall itu berpindah lokasi menjadi rumah nenek saya. Alhasil, ketika itu saya tengah berada di halaman rumah nenek.
Saya masih panik. Meskipun saya telah berada di kebun belakang nenek saya, saya tetap berlari sambil mengkhawatirkan ibu. Saya menunggui ibu saya mengajak nenek. Sementara itu saya bersiap-siap melompat ke kanal.
Dan ketika bom itu akan segera meledakkan dirinya. Ketika saya sudah merasakan feel ledakan...
Saya tiba-tiba terbangun dengan nafas terengah. Dada saya seperti dihantam oleh benda keras.
Saya ngerasa takjub.
Nah, mimpi kedua saya akan saya ceritakan di post selanjutnya :)
Pertama Saya Linglung, Kedua Anda Lemot
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
on Senin, 11 Juli 2011
Label:
curcol,
curhatan,
Hanya sebuah coretan
/
Comments: (0)
Baru kali ini saya merasa sangat malu di hadapan pengajar (baca : tutor).
Well, hari ini adalah hari pertama saya masuk bimbingan belajar dekat rumah. Dan kami belajar matematika. Saya nggak begitu memperhatikan karena saya lagi 'songong'. Menganggap pelajaran statistika adalah pelajaran yang cukup mudah.
Saya pun menatap papan tulis dengan mata agak menyipit. Ketika orang melihat saya, mungkin mereka akan berhipotesis kalau saya tengah kebingungan. Tapi sungguh, mata menyipit itu saya lakukan karena saya mengidap rabun jauh.
Dan tutor matematika itu menganggap sayalah yang paling nggak mengerti dalam pelajarannya. Dia beberapa kali menegur saya karena nggak pernah menjawab pertanyaannya yang so-simpel-itu, dan segalanya amat didukung oleh raut wajah menyipit saya. Oke deh, saya udah dianggap bodoh.
Nah, sampai suatu saat saya bertanya mengenai suatu hal. Memang sayanya aja yang linglung berat. Saya malah mengutarakan pertanyaan saya itu ke... penjelasan lain?. Oke, saya saat itu ditertawakan. Dan tutor itu menganggap saya lebih bodoh dari apa pun yang ia kira.
Saya merasa cupu abis.
Selepas itu, saya mengutarakan pertanyaan kedua. Pertanyaan kedua saya utarakan dengan agak berbelit-belit namun mengenai inti. Sang tutor yang selalu memandang saya dengan sebelah matanya itu, jelas-jelas menuliskan rumus di papan tulis. Dan saya bertanya apa hanya data interval yang menggunakan 'x'?. Esssh, dia malah tertawa dan menuding saya dengan perkataannya, "Sepertinya masih ada yang belum mengerti ya!" dan dia mulai menjelaskan sesuatu yang sangat bertolak belakang dengan apa yang saya tanyakan.
Cupu berat.
Wong dia yang nulis diatas kayak gitu. Data tunggal tidak menggunakan 'x'. Tapi pada saat saya tanya, dia menuding saya. Mungkin menertawakan saya dalam hatinya.
Oke, saya punya cutter di tempat pensil saya. Tapi sayangnya, disini terlalu banyak saksi.
Well, hari ini adalah hari pertama saya masuk bimbingan belajar dekat rumah. Dan kami belajar matematika. Saya nggak begitu memperhatikan karena saya lagi 'songong'. Menganggap pelajaran statistika adalah pelajaran yang cukup mudah.
Saya pun menatap papan tulis dengan mata agak menyipit. Ketika orang melihat saya, mungkin mereka akan berhipotesis kalau saya tengah kebingungan. Tapi sungguh, mata menyipit itu saya lakukan karena saya mengidap rabun jauh.
Dan tutor matematika itu menganggap sayalah yang paling nggak mengerti dalam pelajarannya. Dia beberapa kali menegur saya karena nggak pernah menjawab pertanyaannya yang so-simpel-itu, dan segalanya amat didukung oleh raut wajah menyipit saya. Oke deh, saya udah dianggap bodoh.
Nah, sampai suatu saat saya bertanya mengenai suatu hal. Memang sayanya aja yang linglung berat. Saya malah mengutarakan pertanyaan saya itu ke... penjelasan lain?. Oke, saya saat itu ditertawakan. Dan tutor itu menganggap saya lebih bodoh dari apa pun yang ia kira.
Saya merasa cupu abis.
Selepas itu, saya mengutarakan pertanyaan kedua. Pertanyaan kedua saya utarakan dengan agak berbelit-belit namun mengenai inti. Sang tutor yang selalu memandang saya dengan sebelah matanya itu, jelas-jelas menuliskan rumus di papan tulis. Dan saya bertanya apa hanya data interval yang menggunakan 'x'?. Esssh, dia malah tertawa dan menuding saya dengan perkataannya, "Sepertinya masih ada yang belum mengerti ya!" dan dia mulai menjelaskan sesuatu yang sangat bertolak belakang dengan apa yang saya tanyakan.
Cupu berat.
Wong dia yang nulis diatas kayak gitu. Data tunggal tidak menggunakan 'x'. Tapi pada saat saya tanya, dia menuding saya. Mungkin menertawakan saya dalam hatinya.
Oke, saya punya cutter di tempat pensil saya. Tapi sayangnya, disini terlalu banyak saksi.
Saya Berubah dan Saya Bukan Cewek
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
on Kamis, 07 Juli 2011
Label:
curcol,
curhatan,
Hanya sebuah coretan
/
Comments: (0)
Tiga hari lagi, rutinitas saya akan kembali seperti biasa. Rasanya malas kembali ke sekolah. Malas banget. Saya yakin sekolah akan makin dipenuhi oleh kumpulan orang yang terus berlari dalam mengejar omong kosong. Asal kalian tahu, omong kosong itu akan datang sendirinya. Kau tidak perlu berlari sekeras itu.
Seperti saya.
Saya yakin semua pasti akan baik-baik saja seiring dengan waktu yang berjalan. Namun sayangnya, kenyataan berbanding terbalik dengan apa yang saya harapkan.
Kondisinya malah makin memburuk.
Beberapa orang yang kenal saya sejak dulu mengatakan saya berubah. Saya tidak tahu berubah dalam artian apa. Karena sesungguhnya yang menilai kita adalah orang lain, bukanlah diri kita sendiri. Saya merasa seperti ini sejak dulu. Tapi, mereka benar-benar bersikukuh kalau saya sudah bukan diri saya lagi.
"Hei, lihat kesini..."
..."Apa saya masih seorang wanita?"
Seperti saya.
Saya yakin semua pasti akan baik-baik saja seiring dengan waktu yang berjalan. Namun sayangnya, kenyataan berbanding terbalik dengan apa yang saya harapkan.
Kondisinya malah makin memburuk.
Beberapa orang yang kenal saya sejak dulu mengatakan saya berubah. Saya tidak tahu berubah dalam artian apa. Karena sesungguhnya yang menilai kita adalah orang lain, bukanlah diri kita sendiri. Saya merasa seperti ini sejak dulu. Tapi, mereka benar-benar bersikukuh kalau saya sudah bukan diri saya lagi.
"Hei, lihat kesini..."
..."Apa saya masih seorang wanita?"
Hey, Dude.
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
Label:
Hanya sebuah coretan
/
Comments: (0)
Hey, Dude.
Bagaimana caranya menjadi putri tidur?
Bagaimana caranya menjadi putri tidur?
Bangkit Dari Kubur
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
on Minggu, 03 Juli 2011
Label:
curhatan,
Hanya sebuah coretan
/
Comments: (0)
Heyyaaaa~H! Yahooo~.
Oke, udahan deh teriaknya. Doakan saya semoga saya dapat bangkit dari keterpurukan saya :). Menjalani hari-hari saya dengan senyum, tidak menjadi diam dan begitu deh~~.
Nggak ada yang bisa saya bahas, yang jelas, saya 'akan' bangkit!
Semoga ^^.
Oke, udahan deh teriaknya. Doakan saya semoga saya dapat bangkit dari keterpurukan saya :). Menjalani hari-hari saya dengan senyum, tidak menjadi diam dan begitu deh~~.
Nggak ada yang bisa saya bahas, yang jelas, saya 'akan' bangkit!
Semoga ^^.
Resensi Film : Coraline
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
on Sabtu, 02 Juli 2011
Film yang diangkat dari novel karya Neil Gaiman ini adalah film anak-anak favorit saya. Bahkan mengalahkan cerita barbie-barbie ataupun Shrek yang saya suka sejak dulu. Saya sudah tahu tentang film ini dari SD, namun sempat menontonnya beberapa hari yang lalu setelah nemu bajakannya di tempat penjual dvd bajakan.
Sutradara : Henri Selick, 2009.
Versi novel
Juga ada versi komiknya.
Salah satu bagian dalam komik.
Sekarang, versi film.
Coraline bercerita tentang seorang anak kecil bernama Coraline (tentu saja) yang pindah ke sebuah rumah tua bernama Pink House (yang memang cat luarnya berwarna pink secara keseluruhan). Coraline adalah anak berambut pendek berwarna biru dan selalu memakai jas hujan berwarna kuning. Di sana, ia berteman dengan seorang anak aneh dengan motor liarnya bernama Wyborn (lucunya, ketika di eja secara terpisah, nama Wyborn dapat berubah menjadi Why you born? -kenapa kamu lahir?-). Oke, udahan humor segarnya :).
Berikut merupakan berbagai macam karakter dalam film ini.
Coraline suka ngambek sama orang tuanya yang kurang memperhatikan dirinya. Sehingga Coraline, hanya berputar-putar sendirian di rumahnya dan mengganggu orang tuanya.
Sampai suatu saat, Coraline menemukan pintu yang membawanya ke dunia lain. Dunia yang sama persis dengan rumah pink-nya. Perbedaan pertama, ibu dan ayahnya menjadi lebih ramah. Ibunya tidak lagi berada di depan komputernya, namun ia setia di dapur memasakkan Coraline makanan yang enak. Ayahnya juga berubah menjadi mengasyikkan. Perbedaan kedua, ibu dan ayahnya bermata sepasang kancing!
Coraline menjadi betah di dunia itu. Bahkan, ia berkata kalau ia ingin berada di sana selamanya. Ibu tiri bermata kancing memberi pilihan kepada Coraline, kalau ia ingin tinggal disana, ia mesti memasang mata kancing juga. Menjahit sepasang di matanya.
Tidak, Coraline belum memiliki mata kancing. Film ini diwarnai oleh aksi dari ibu tiri dalam memaksa Coraline, dan bagaimana Coraline dapat bertanggung jawab memperbaiki kerusakan yang ia buat.
Well, film ini merupakan salah satu film anak-anak yang paling saya suka. Backsound-nya keren. Membuat saya merinding dan membayangkan banyak hantu-hantu. Ide tentang mata kancing itu juga saya suka. Saya jadi ingat perkataan teman saya kalau setan itu hidup di dalam mata boneka. Mengingat itu, saya jadi makin merinding nontonnya.
Namun sayangnya, untuk tontonan anak-anak, dibawah 10 tahun ke bawah, saya masih nggak yakin apa mereka akan menyukai film anak-anak bernuansa gotik dan gelap ini. Tapi yah, yang jelas saya menyukainya. Hahahaha. Apalagi mengingat begitu telatennya pembuat film seperti ini membuat gerak-gerakan yang digerakkan secara manual, juga helai-helai rambutnya. Bahkan helai-helai pada ketiaknya. Membuat saya berpikir kalau film-film seperti ini benar-benar layak untuk dibilang bagus.
Nilai : 3.5/5
Dua Bulan Terakhir...
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
on Kamis, 30 Juni 2011
Sudah sekian lama saya nggak nulis di blog ini. Terakhir kali, saya nge-post cerpen hasil tugas Bahasa Indonesia saya, dan selanjutnya?
Nggak ada -___-
Mungkin post kali ini nggak bakal terarah karena sebenarnya ada banyak hal yang bisa saya ceritakan sekarang. Beberapa hal yang menyenangkan atau pahit sekaligus. Atau mungkin ada beberapa yang saya samarkan karena bersifat pribadi :3 (sampai di sini saya udah nggak ngerti saya nulis apaan).
Well, sekarang saya lagi liburan!
Yeaaaaahh!!! You rock, Guys!! (?)
Saya bermaksud menghabiskan liburan dengan main game The Sims Medieval yang kayaknya asik banget. Waktu saya beli, harganya tujuh puluh ribu! GILA! Nggak jadi deh saya beli Shadowland-nya The Immortal Series! Tepat saat itu juga, saya langsung nangis darah gara-gara kehabisan duit.
Inilah dia The Sims Medieval yang sukses menghabiskan uang saya T___T.
Nah, pas saya coba di rumah. Di lappie gede saya yang RAM-nya udah hampir penuh dan keluaran lama. Saya membutuhkan waktu sampai tengah malam hingga selesai menginstall game yang kayaknya asik itu.
Saat saya ngebuka game-penyita-uang-ampe-abis itu, ternyata, saya mesti nungguin sepuluh menit biar sims-nya gerak ke kanan ataupun ke kiri. *nangis darah
Lemotnya metal banget.
Dan game itu sama sekali nggak bisa diinstall di lappe kecil saya. Soalnya, Lappie kecil saya nggak punya 'video graphic card' yang memadai untuk game 3D.
Selamat tinggal... Tujuh puluh ribuku. *Nangis darah.
Nah, setelah ingat liburan. Saya tiba-tiba keinget dengan hasil rapor saya yang asli jeblok berat. Bahkan saya nggak masuk 20 besar dari 32 siswa. Agak kecewa sih, tapi dengan mama dan papa yang bilang kalau nilai saya bagus-bagus dan itu nggak perlu disesali. Kepedean saya naik lagi. Dan seketika itu juga saya ngebuang rapor saya.
Hahahaha. You rock, Guys!! XD (?)
Ah iya, di liburan ini saya lagi bokek. Untuk isi liburan saya jadi lebih rajin bantuin mama bersih-bersih tiap hari. Dan kerajinan saya membuat omelan mama jadi berkurang. Rasanya lega ketika mama berhenti ngomel-ngomel :D. Selain ngebantuin berish-bersih, saya jadi semakin sering menulis. Entah kenapa, saya jadi semangat gitu. Saya nyelesein cerpen fantasi untuk FF 2011 dan program tantangan dalam jangka waktu seminggu. Padahal, seumur-umur saya nggak pernah nyelesein cerpen sebelum sebulan. Saya jadi takjub sendiri.
Dan sekarang saya nulis novelet. Bukan novel, cuman novelet yang kira-kira isinya cuman 40-an lembar. Kira-kira ada dua belas seri dan setiap serinya cuman ada tiga atau empat lembar. Jadi, biar seger aja tuh novelet saya buat. :D. Ah, novelet yang saya buat temanya tentang cinta.
Ngomong-ngomong tentang cinta, saya suka banget ama serialnya Secret Garden. Bahkan saya mengulang-ulang adegan yang saya suka. Saya bahkan menyerempet-nyerempetkan novelet saya dengan Secret Garden. Agak maksa, sih. Tapi saya suka :D.
Secret Garden, lovely drama ^^
Emmm, untuk ending dari post ini, saya mau mengutarakan kalau saya mimpi aneh dua hari terakhir. Bukan mimpi supranatural seperti yang kalian bayangkan! Tapi... saya mimpi ketemu artis!!! GOD!
Dua hari yang lalu saya mimpi ketemu Nichkhun. Salah satu member Boyband 2PM. Nggak tahu kenapa sih, kami cuman jalan-jalan aja. Saya pun nggak heboh di mimpi itu.
Ini dia Si Nichkhun, suaminya Victoria.
Dan kemarin malam, saya mimpi ketemu SHINee. Wow! Percaya nggak sih?. Di waktu-waktu pertama saya cuman ketemu dengan Minho, Onew dan Taemin di ruang tamu saya. Dan dengan memakai bahasa inggris yang awut-awutan, saya malah nanya, "Do you know fanfic?" asli, inggris saya hancur banget.
Ketiga pria itu kebingungan, kemudian dengan terbata-bata dengan bahasa inggris yang awut-awutan, saya menjelaskan kalau fanfic itu cerita rekaan dari fans-fans kepada idolanya dimana mereka bisa berimajinasi sesuka mereka. Setelah mereka mangap-mangap karena ngerti, saya kemudian nanya lagi, "Emmm... ehhhh.. What do u think about that?"
Onew, dengan muka lawaknya, menjawab pertanyaan saya, "Emm.. I think..." Ada jeda sesaat, dia tersenyum lucu, "Don't know... Hahahahahaha!" Dia tertawa yang saya nggak tahu karena apa.
Ini dia SHINee.
Beberapa saat kemudian, Key dan Jonghyun datang dan saya menjamu mereka di TERAS RUMAH SAYA! Saya pun masih menanyakan hal yang sama tentang fanfic, dan belum ada yang menjawab dengan tepat.
Hebatnya, saya memberi makan mereka dengan MIE GELAS!
Yup, MIE GELAS!
MIE GELAS!
Ada bapak-bapak yang membawa gerobak bakso tapi isinya mie gelas. Dan saya mentraktir mereka dengan itu. YA AMPUN!!. Saya bahkan masih ingat kalau, di mimpi saya itu, Onew dengan saya rebutan buntelan mie yang belum direbus.
YOU ROCK, GUYS!!!
Nah, setelah adegan mie gelas itu, saya terbangun.
Saya agak kecewa. Bukan. Bukan karena saya belum foto-foto dan minta tanda tangan. Saya kecewa karena belum ada yang menjawab pertanyaan saya tentang bagaimana perasaan mereka ketika fans-fans berimajinasi yang aneh-aneh tentang mereka. Yang lebih tepatnya, fanfic.
Nggak ada -___-
Mungkin post kali ini nggak bakal terarah karena sebenarnya ada banyak hal yang bisa saya ceritakan sekarang. Beberapa hal yang menyenangkan atau pahit sekaligus. Atau mungkin ada beberapa yang saya samarkan karena bersifat pribadi :3 (sampai di sini saya udah nggak ngerti saya nulis apaan).
Well, sekarang saya lagi liburan!
Yeaaaaahh!!! You rock, Guys!! (?)
Saya bermaksud menghabiskan liburan dengan main game The Sims Medieval yang kayaknya asik banget. Waktu saya beli, harganya tujuh puluh ribu! GILA! Nggak jadi deh saya beli Shadowland-nya The Immortal Series! Tepat saat itu juga, saya langsung nangis darah gara-gara kehabisan duit.
Inilah dia The Sims Medieval yang sukses menghabiskan uang saya T___T.
Nah, pas saya coba di rumah. Di lappie gede saya yang RAM-nya udah hampir penuh dan keluaran lama. Saya membutuhkan waktu sampai tengah malam hingga selesai menginstall game yang kayaknya asik itu.
Saat saya ngebuka game-penyita-uang-ampe-abis itu, ternyata, saya mesti nungguin sepuluh menit biar sims-nya gerak ke kanan ataupun ke kiri. *nangis darah
Lemotnya metal banget.
Dan game itu sama sekali nggak bisa diinstall di lappe kecil saya. Soalnya, Lappie kecil saya nggak punya 'video graphic card' yang memadai untuk game 3D.
Selamat tinggal... Tujuh puluh ribuku. *Nangis darah.
Nah, setelah ingat liburan. Saya tiba-tiba keinget dengan hasil rapor saya yang asli jeblok berat. Bahkan saya nggak masuk 20 besar dari 32 siswa. Agak kecewa sih, tapi dengan mama dan papa yang bilang kalau nilai saya bagus-bagus dan itu nggak perlu disesali. Kepedean saya naik lagi. Dan seketika itu juga saya ngebuang rapor saya.
Hahahaha. You rock, Guys!! XD (?)
Ah iya, di liburan ini saya lagi bokek. Untuk isi liburan saya jadi lebih rajin bantuin mama bersih-bersih tiap hari. Dan kerajinan saya membuat omelan mama jadi berkurang. Rasanya lega ketika mama berhenti ngomel-ngomel :D. Selain ngebantuin berish-bersih, saya jadi semakin sering menulis. Entah kenapa, saya jadi semangat gitu. Saya nyelesein cerpen fantasi untuk FF 2011 dan program tantangan dalam jangka waktu seminggu. Padahal, seumur-umur saya nggak pernah nyelesein cerpen sebelum sebulan. Saya jadi takjub sendiri.
Dan sekarang saya nulis novelet. Bukan novel, cuman novelet yang kira-kira isinya cuman 40-an lembar. Kira-kira ada dua belas seri dan setiap serinya cuman ada tiga atau empat lembar. Jadi, biar seger aja tuh novelet saya buat. :D. Ah, novelet yang saya buat temanya tentang cinta.
Ngomong-ngomong tentang cinta, saya suka banget ama serialnya Secret Garden. Bahkan saya mengulang-ulang adegan yang saya suka. Saya bahkan menyerempet-nyerempetkan novelet saya dengan Secret Garden. Agak maksa, sih. Tapi saya suka :D.
Secret Garden, lovely drama ^^
Emmm, untuk ending dari post ini, saya mau mengutarakan kalau saya mimpi aneh dua hari terakhir. Bukan mimpi supranatural seperti yang kalian bayangkan! Tapi... saya mimpi ketemu artis!!! GOD!
Dua hari yang lalu saya mimpi ketemu Nichkhun. Salah satu member Boyband 2PM. Nggak tahu kenapa sih, kami cuman jalan-jalan aja. Saya pun nggak heboh di mimpi itu.
Ini dia Si Nichkhun, suaminya Victoria.
Dan kemarin malam, saya mimpi ketemu SHINee. Wow! Percaya nggak sih?. Di waktu-waktu pertama saya cuman ketemu dengan Minho, Onew dan Taemin di ruang tamu saya. Dan dengan memakai bahasa inggris yang awut-awutan, saya malah nanya, "Do you know fanfic?" asli, inggris saya hancur banget.
Ketiga pria itu kebingungan, kemudian dengan terbata-bata dengan bahasa inggris yang awut-awutan, saya menjelaskan kalau fanfic itu cerita rekaan dari fans-fans kepada idolanya dimana mereka bisa berimajinasi sesuka mereka. Setelah mereka mangap-mangap karena ngerti, saya kemudian nanya lagi, "Emmm... ehhhh.. What do u think about that?"
Onew, dengan muka lawaknya, menjawab pertanyaan saya, "Emm.. I think..." Ada jeda sesaat, dia tersenyum lucu, "Don't know... Hahahahahaha!" Dia tertawa yang saya nggak tahu karena apa.
Ini dia SHINee.
Beberapa saat kemudian, Key dan Jonghyun datang dan saya menjamu mereka di TERAS RUMAH SAYA! Saya pun masih menanyakan hal yang sama tentang fanfic, dan belum ada yang menjawab dengan tepat.
Hebatnya, saya memberi makan mereka dengan MIE GELAS!
Yup, MIE GELAS!
MIE GELAS!
Ada bapak-bapak yang membawa gerobak bakso tapi isinya mie gelas. Dan saya mentraktir mereka dengan itu. YA AMPUN!!. Saya bahkan masih ingat kalau, di mimpi saya itu, Onew dengan saya rebutan buntelan mie yang belum direbus.
YOU ROCK, GUYS!!!
Nah, setelah adegan mie gelas itu, saya terbangun.
Saya agak kecewa. Bukan. Bukan karena saya belum foto-foto dan minta tanda tangan. Saya kecewa karena belum ada yang menjawab pertanyaan saya tentang bagaimana perasaan mereka ketika fans-fans berimajinasi yang aneh-aneh tentang mereka. Yang lebih tepatnya, fanfic.
I'm Here
Fini tahu kalau hari ini merupakan hari terakhir dia melihat pria itu. Tak ada yang berubah, tak ada hal yang baru, tak ada sesuatu yang ia dapatkan. Tidak ada. Segalanya berjalan seperti biasa.
Kau tahu? Aku selalu memperhatikanmu. Menguntitmu hingga ke sela-sela kehidupanmu. Aku tahu segalanya, segala hal tentang dirimu. Namun sangat disayangkan bahwa kau tak pernah tahu tentang diriku. Menurutmu, aku tidak ada, mungkin aku hanyalah berupa bayang-bayang semu. Bergelut di sisi tergelap dalam jangkauan pandanganmu. Bukalah, bukalah matamu lebar-lebar. Lihat, lihatlah aku. Seorang gadis yang hanya dapat jatuh cinta diam-diam.
Ya, aku ada di sana.
***
Namanya Raditya, siswa kelas C, zodiak capricorn dan jago dalam olahraga. Rambutnya cepak, hitam, membingkai wajahnya yang oval. Raditya memiliki kulit putih, lengan kurus dan tubuh yang tinggi. Dia pintar, cerdas, menggebu-gebu saat berbicara, sungguh berbanding terbalik dengan diriku. Ya, denganku.
Fini menopang dagunya saat matanya memperhatikan murid kelas C berolahraga. Pikirannya membuncah keluar. Jauh meninggalkan raganya. Ajaran dari Pak Rano, guru matematikanya, menembus pikirannya tanpa ada yang tertangkap.
Murid kelas C sedang bermain basket. Peluit kadang dibunyikan pertanda mereka diharuskan untuk menembak bola ke keranjang. Debu bertebaran dimana-mana, khusus mengitari Raditya. Pipi lelaki itu dibasahi oleh keringat, seragam olahraganya yang putih mulai bekerja aktif dalam menyerap keringat pemiliknya.
Derai tawa memenuhi lapangan, banyak murid wanita yang melirik Raditya, Fini tahu itu. Fini tahu hanya dengan melihat sekilas.
Raditya mulai berlari dengan gesit, meliuk-liuk bagaikan ular dan menembak bola ke keranjang. Bola basket tersebut mengenai sisi luar keranjang. Akibatnya, bola itu melayang dengan bebas, menyatu dengan langit yang berwarna biru terang. Fini mendongak, mengikuti gerak si bola.
“Fin?” sebuah suara memanggilnya. Gadis itu menoleh.
“Hati-hati di hukum Pak Rano lho,” sahut Dinda, menasihati. Fini tertawa, menepuk pundak teman sebangkunya itu.
Dinda kembali berbisik, “Anak kelas C lagi olahraga ya...” matanya mulai menerawang ke luar jendela.
“Iya...” jawab Fini, sembari memandang ke luar jendela untuk kesekian kalinya. Menyadari bahwa kini, tatapan Raditya tertoreh ke arahnya.
Tepatnya, mereka bertatapan.
***
Lima menit setelah bel istirahat kedua berdentang, counter bakso telah dibanjiri oleh murid-murid putih biru yang kelaparan. Dinda memilih bangku yang sangat tepat, sangat dekat dengan Raditya. Hanya berjarak dua bangku darinya.
“Mas, mi baksonya dua ya,” Dinda memesan. Dia kemudian berkata, “Ngomong-ngomong, dua bulan lagi kita udah lulus ya.”
Fini terdiam. Tinggal dua bulan lagi, dan dia belum melakukan apa-apa. Namun apa yang sebenarnya harus dia lakukan?
“Nanti kita bakal jarang ketemu, jadi kangen banget deh...”
“Iya, kangen banget...” jawab Fini, dalam artian lain.
Tak lama lagi, mereka akan lulus. Mereka akan menjalani kehidupan SMA mereka masing-masing. Mungkin, suatu saat nanti dia akan melupakan Raditya. Mungkin, dia akan menyukai seseorang lagi. Bukan Raditya. Seseorang yang baru, cinta yang baru.
Tidak.
Bukan itu yang diinginkan olehnya. Cepat atau lambat, dia tahu kalau ia harus melakukan hal ini. Fini telah menimbang rencana itu masak-masak. Ia telah menetapkan hatinya, bahwa apa pun yang terjadi, ia akan menerima konsekuensinya tanpa banyak tanya.
Semangkuk mi bakso akhirnya tersedia di hadapan Fini. Ia mengusap telapak tangannya, menghirup dalam-dalam aroma sedap yang mengepul menusuk hidungnya. Fini tersenyum...
–sarkatis.
***
Hari itu, Raditya sedang berbicara dengan ekspresi menggebu-gebunya bersama dengan Dinda dan anggota osis yang lain. Fini tak tahu apa yang mereka bicarakan. Sepertinya, sesuatu yang penting. Fini menatap mereka dari kejauhan, sama seperti sebelum-sebelumnya, hanya dari kejauhan.
Fini tahu, kalau tas Raditya akan dititipkannya di perpustakaan. Gadis itu bergerak menuju ke perpustakaan saat itu juga. Beruntung, saat itu perpustakaan sedang hening-heningnya. Kipas angin yang berada diatas ruangan itu tidak dinyalakan, mungkin karena pada saat itu pengunjung belum ada sama sekali. Ibu guru penjaga sedang sibuk mencatat hal-hal yang tidak Fini ketahui. Fini menyelinap. Menyelipkan sepucuk kertas merah jambu ke dalam tas yang telah dikenalinya.
Dan tanpa seorang pun tahu, dia pergi.
***
Hari ini, merupakan hari terakhir Fini dapat melihat pria itu. Fini sengaja duduk di barisan depan, hampir terdepan. Dia mengedarkan pandangannya, mencari sesosok pria berambut cepak itu untuk yang terakhir kalinya. Yang ada, dia hanya melihat orang-orang seumurannya dengan kaos sablonan berwarna hitam berlalu-lalang. Sibuk mendekorasi ruangan luas itu.
Bangku-bangku plastik hampir sepenuhnya terisi, panas mulai menguar, namun acara perpisahan itu belum memiliki tanda-tanda akan dimulai. Teman-teman sekelas Fini sibuk mengobrol, membuat ruangan tersebut semakin bising. Tak ada juga tanda-tanda bahwa dia akan datang.
Fini yakin, dia pasti akan datang karena gadis itu telah menyuruhnya datang. Dia telah menyuruhnya datang dengan sepucuk surat merah jambu yang telah ia selipkan dua bulan yang lalu. Pasti akan datang. Pasti.
Jam sepuluh tepat. Fini tersenyum. Ia menarik nafas dalam-dalam, melangkah dengan mantap menuju ke belakang aula.
Benar saja, diantara jajaran pepohonan itu, lelaki berambut cepak itu ada disana.
Wajah Raditya kini bersemu merah, rangkaian bibirnya tergagap. Mungkin tubuhnya memanas, mungkin jantungnya akan meledak, mungkin dia telah melayang bagai komet. Fini hanya dapat menerka-nerka.
“Aku suka kamu...” Raditya berbisik, hatinya mencelos. Meskipun hanya berupa bisikan, namun Fini dapat mendengarnya.
“Iya, aku juga suka,” Dinda akhirnya menjawab setelah jeda beberapa detik.
Ya, sejak tadi, Dinda memang ada disana. Segalanya sesuai dengan rencana yang telah disusun dengan apik. Fini menyandar ke dinding, tempat yang paling aman untuk menguntit. Ia berjongkok, tersenyum lepas sembari memandang ke arah langit, terik matahari menyilaukan pandangannya.
Kau tahu? Aku selalu memperhatikanmu. Menguntitmu hingga ke sela-sela kehidupanmu. Aku tahu segalanya, segala hal tentang dirimu. Aku tahu seluruh mimik wajahmu. Seluruh lambang ekspresimu. Aku juga tahu kalau kau mencintainya. Sungguh, dari dulu juga aku sudah tahu, karena aku mengetahuimu lebih dari siapa pun. Bahkan lebih dari orang yang kau cintai itu.
Namun sangat disayangkan bahwa kau tak pernah tahu tentang diriku. Menurutmu, aku tidak ada, mungkin aku hanyalah berupa bayang-bayang semu. Bergelut di sisi tergelap dalam jangkauan pandanganmu. Bukalah, bukalah matamu lebar-lebar. Lihatlah, lihatlah aku. Seorang gadis yang hanya dapat jatuh cinta diam-diam.
Aku tidak disana... aku disini.
Aku disini...
–disini!
Kau tahu? Aku selalu memperhatikanmu. Menguntitmu hingga ke sela-sela kehidupanmu. Aku tahu segalanya, segala hal tentang dirimu. Namun sangat disayangkan bahwa kau tak pernah tahu tentang diriku. Menurutmu, aku tidak ada, mungkin aku hanyalah berupa bayang-bayang semu. Bergelut di sisi tergelap dalam jangkauan pandanganmu. Bukalah, bukalah matamu lebar-lebar. Lihat, lihatlah aku. Seorang gadis yang hanya dapat jatuh cinta diam-diam.
Ya, aku ada di sana.
***
Namanya Raditya, siswa kelas C, zodiak capricorn dan jago dalam olahraga. Rambutnya cepak, hitam, membingkai wajahnya yang oval. Raditya memiliki kulit putih, lengan kurus dan tubuh yang tinggi. Dia pintar, cerdas, menggebu-gebu saat berbicara, sungguh berbanding terbalik dengan diriku. Ya, denganku.
Fini menopang dagunya saat matanya memperhatikan murid kelas C berolahraga. Pikirannya membuncah keluar. Jauh meninggalkan raganya. Ajaran dari Pak Rano, guru matematikanya, menembus pikirannya tanpa ada yang tertangkap.
Murid kelas C sedang bermain basket. Peluit kadang dibunyikan pertanda mereka diharuskan untuk menembak bola ke keranjang. Debu bertebaran dimana-mana, khusus mengitari Raditya. Pipi lelaki itu dibasahi oleh keringat, seragam olahraganya yang putih mulai bekerja aktif dalam menyerap keringat pemiliknya.
Derai tawa memenuhi lapangan, banyak murid wanita yang melirik Raditya, Fini tahu itu. Fini tahu hanya dengan melihat sekilas.
Raditya mulai berlari dengan gesit, meliuk-liuk bagaikan ular dan menembak bola ke keranjang. Bola basket tersebut mengenai sisi luar keranjang. Akibatnya, bola itu melayang dengan bebas, menyatu dengan langit yang berwarna biru terang. Fini mendongak, mengikuti gerak si bola.
“Fin?” sebuah suara memanggilnya. Gadis itu menoleh.
“Hati-hati di hukum Pak Rano lho,” sahut Dinda, menasihati. Fini tertawa, menepuk pundak teman sebangkunya itu.
Dinda kembali berbisik, “Anak kelas C lagi olahraga ya...” matanya mulai menerawang ke luar jendela.
“Iya...” jawab Fini, sembari memandang ke luar jendela untuk kesekian kalinya. Menyadari bahwa kini, tatapan Raditya tertoreh ke arahnya.
Tepatnya, mereka bertatapan.
***
Lima menit setelah bel istirahat kedua berdentang, counter bakso telah dibanjiri oleh murid-murid putih biru yang kelaparan. Dinda memilih bangku yang sangat tepat, sangat dekat dengan Raditya. Hanya berjarak dua bangku darinya.
“Mas, mi baksonya dua ya,” Dinda memesan. Dia kemudian berkata, “Ngomong-ngomong, dua bulan lagi kita udah lulus ya.”
Fini terdiam. Tinggal dua bulan lagi, dan dia belum melakukan apa-apa. Namun apa yang sebenarnya harus dia lakukan?
“Nanti kita bakal jarang ketemu, jadi kangen banget deh...”
“Iya, kangen banget...” jawab Fini, dalam artian lain.
Tak lama lagi, mereka akan lulus. Mereka akan menjalani kehidupan SMA mereka masing-masing. Mungkin, suatu saat nanti dia akan melupakan Raditya. Mungkin, dia akan menyukai seseorang lagi. Bukan Raditya. Seseorang yang baru, cinta yang baru.
Tidak.
Bukan itu yang diinginkan olehnya. Cepat atau lambat, dia tahu kalau ia harus melakukan hal ini. Fini telah menimbang rencana itu masak-masak. Ia telah menetapkan hatinya, bahwa apa pun yang terjadi, ia akan menerima konsekuensinya tanpa banyak tanya.
Semangkuk mi bakso akhirnya tersedia di hadapan Fini. Ia mengusap telapak tangannya, menghirup dalam-dalam aroma sedap yang mengepul menusuk hidungnya. Fini tersenyum...
–sarkatis.
***
Hari itu, Raditya sedang berbicara dengan ekspresi menggebu-gebunya bersama dengan Dinda dan anggota osis yang lain. Fini tak tahu apa yang mereka bicarakan. Sepertinya, sesuatu yang penting. Fini menatap mereka dari kejauhan, sama seperti sebelum-sebelumnya, hanya dari kejauhan.
Fini tahu, kalau tas Raditya akan dititipkannya di perpustakaan. Gadis itu bergerak menuju ke perpustakaan saat itu juga. Beruntung, saat itu perpustakaan sedang hening-heningnya. Kipas angin yang berada diatas ruangan itu tidak dinyalakan, mungkin karena pada saat itu pengunjung belum ada sama sekali. Ibu guru penjaga sedang sibuk mencatat hal-hal yang tidak Fini ketahui. Fini menyelinap. Menyelipkan sepucuk kertas merah jambu ke dalam tas yang telah dikenalinya.
Dan tanpa seorang pun tahu, dia pergi.
***
Hari ini, merupakan hari terakhir Fini dapat melihat pria itu. Fini sengaja duduk di barisan depan, hampir terdepan. Dia mengedarkan pandangannya, mencari sesosok pria berambut cepak itu untuk yang terakhir kalinya. Yang ada, dia hanya melihat orang-orang seumurannya dengan kaos sablonan berwarna hitam berlalu-lalang. Sibuk mendekorasi ruangan luas itu.
Bangku-bangku plastik hampir sepenuhnya terisi, panas mulai menguar, namun acara perpisahan itu belum memiliki tanda-tanda akan dimulai. Teman-teman sekelas Fini sibuk mengobrol, membuat ruangan tersebut semakin bising. Tak ada juga tanda-tanda bahwa dia akan datang.
Fini yakin, dia pasti akan datang karena gadis itu telah menyuruhnya datang. Dia telah menyuruhnya datang dengan sepucuk surat merah jambu yang telah ia selipkan dua bulan yang lalu. Pasti akan datang. Pasti.
Jam sepuluh tepat. Fini tersenyum. Ia menarik nafas dalam-dalam, melangkah dengan mantap menuju ke belakang aula.
Benar saja, diantara jajaran pepohonan itu, lelaki berambut cepak itu ada disana.
Wajah Raditya kini bersemu merah, rangkaian bibirnya tergagap. Mungkin tubuhnya memanas, mungkin jantungnya akan meledak, mungkin dia telah melayang bagai komet. Fini hanya dapat menerka-nerka.
“Aku suka kamu...” Raditya berbisik, hatinya mencelos. Meskipun hanya berupa bisikan, namun Fini dapat mendengarnya.
“Iya, aku juga suka,” Dinda akhirnya menjawab setelah jeda beberapa detik.
Ya, sejak tadi, Dinda memang ada disana. Segalanya sesuai dengan rencana yang telah disusun dengan apik. Fini menyandar ke dinding, tempat yang paling aman untuk menguntit. Ia berjongkok, tersenyum lepas sembari memandang ke arah langit, terik matahari menyilaukan pandangannya.
Kau tahu? Aku selalu memperhatikanmu. Menguntitmu hingga ke sela-sela kehidupanmu. Aku tahu segalanya, segala hal tentang dirimu. Aku tahu seluruh mimik wajahmu. Seluruh lambang ekspresimu. Aku juga tahu kalau kau mencintainya. Sungguh, dari dulu juga aku sudah tahu, karena aku mengetahuimu lebih dari siapa pun. Bahkan lebih dari orang yang kau cintai itu.
Namun sangat disayangkan bahwa kau tak pernah tahu tentang diriku. Menurutmu, aku tidak ada, mungkin aku hanyalah berupa bayang-bayang semu. Bergelut di sisi tergelap dalam jangkauan pandanganmu. Bukalah, bukalah matamu lebar-lebar. Lihatlah, lihatlah aku. Seorang gadis yang hanya dapat jatuh cinta diam-diam.
Aku tidak disana... aku disini.
Aku disini...
–disini!
Saran
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
on Sabtu, 14 Mei 2011
/
Comments: (0)
Komik ini sangat saya sarankan. Tersedia di blog ini : If Her Tears were Snows
Review Komik : 'Usotsuki Lily'
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
Label:
Review Komik
/
Comments: (0)
Nggak ada yang lebih abnormal dibandingkan dengan author komik ini.
Usotsuki Lily (Liar Lily) ialah sebuah manga shoujo (komik cewek) yang agak berbeda dari biasanya. Manga ini bercerita tentang Hinata Saotome yang menerima En Shinohara sebagai kekasihnya. Padahal, mereka belum pernah bertemu sebelumnya. Hinata nggak pernah tahu kalau sebenarnya En adalah seorang crossdresser cewek (jadi, En selalu berdandan layaknya cewek normal dalam kesehariannya). Awalnya, Hinata tidak dapat menerima kalau En ialah seorang pria berhati wanita. Namun seiring berjalannya waktu, Hinata akhirnya menjalani hubungannya dengan En meskipun ia tidak setuju dengan kebiasaan crossdressernya.
Author : Komura Ayumi.
Status : Ongoing.
Diterjemahkan oleh : Hachimitsu Scans
Well, nggak ada yang lebih abnormal dibandingkan dengan author komik ini. Sumpah. Si cowok jadi cewek, dan kadang-kadang si cewek jadi cowok. Ada juga cowok yang suka cowok, dan ada juga cowok yang suka cewek cowok. Yah, komik ini membuat kita pusing akan gender.
Tapi, meskipun sangat abnormal, saya kok jadi suka ya. Meskipun cinta-cintaannya agak alay (khas komik-komik biasa), tapi ada humor tersendiri yang terselip di dalam komik ini. Klimaks ceritanya pun bergelombang, jadi kadang keren kadang membosankan. Gitu deh!
Jangan heran kalau anda menemukan gambar kayak orang M*HO atau LES*IAN di dalam komik abnormal ini.
Beberapa foto Usotsuki Lily :
Mereka kayak Les*ian di foto ini ==a
Hinata saat crosdressing jadi cowok.
Salah satu tindakan bodoh En ==a
Usotsuki Lily (Liar Lily) ialah sebuah manga shoujo (komik cewek) yang agak berbeda dari biasanya. Manga ini bercerita tentang Hinata Saotome yang menerima En Shinohara sebagai kekasihnya. Padahal, mereka belum pernah bertemu sebelumnya. Hinata nggak pernah tahu kalau sebenarnya En adalah seorang crossdresser cewek (jadi, En selalu berdandan layaknya cewek normal dalam kesehariannya). Awalnya, Hinata tidak dapat menerima kalau En ialah seorang pria berhati wanita. Namun seiring berjalannya waktu, Hinata akhirnya menjalani hubungannya dengan En meskipun ia tidak setuju dengan kebiasaan crossdressernya.
Author : Komura Ayumi.
Status : Ongoing.
Diterjemahkan oleh : Hachimitsu Scans
Well, nggak ada yang lebih abnormal dibandingkan dengan author komik ini. Sumpah. Si cowok jadi cewek, dan kadang-kadang si cewek jadi cowok. Ada juga cowok yang suka cowok, dan ada juga cowok yang suka cewek cowok. Yah, komik ini membuat kita pusing akan gender.
Tapi, meskipun sangat abnormal, saya kok jadi suka ya. Meskipun cinta-cintaannya agak alay (khas komik-komik biasa), tapi ada humor tersendiri yang terselip di dalam komik ini. Klimaks ceritanya pun bergelombang, jadi kadang keren kadang membosankan. Gitu deh!
Jangan heran kalau anda menemukan gambar kayak orang M*HO atau LES*IAN di dalam komik abnormal ini.
Beberapa foto Usotsuki Lily :
Mereka kayak Les*ian di foto ini ==a
Hinata saat crosdressing jadi cowok.
Salah satu tindakan bodoh En ==a
S*gh
Hari ini adalah salah satu dari hari saya yang terburuk. Saya benci dengan semua orang. SAYA BENCI! PERSET*N DENGAN MEREKA SEMUA!!
SIGH!
Sejak hari ini, saya nggak percaya lagi sama seseorang. Nggak ada satu pun.
Orang yang berada di sekitar saya hanyalah manusia-manusia munafik. Saya janji akan melakukan segalanya sendirian. Nggak peduli mereka akan melakukan apa terhadap saya. Karena pada hakekatnya, saya nggak akan mempercayai orang lagi.
SIGH
SIGH!
Sejak hari ini, saya nggak percaya lagi sama seseorang. Nggak ada satu pun.
Orang yang berada di sekitar saya hanyalah manusia-manusia munafik. Saya janji akan melakukan segalanya sendirian. Nggak peduli mereka akan melakukan apa terhadap saya. Karena pada hakekatnya, saya nggak akan mempercayai orang lagi.
SIGH
IPA, IPS dan Jurusan Abal-Abal
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
on Selasa, 10 Mei 2011
Label:
Hanya sebuah coretan
/
Comments: (0)
Hai, udah lama saya nggak nulis di blog. Kejadian akhir-akhir ini sangat mencampur-adukkan kehidupan remaja saya (baca : stress). Saking banyaknya kejadian-kejadian memusingkan, saya jadi lupa untuk menuliskannya sebagai arsip dan (bahkan) lupa dengan kronologis ceritanya.
Oke, kita kembali ke topik pembicaraan.
Di sekolah saya terdapat dua jurusan. IPA dengan IPS. Setiap tahun biasanya cuman ada satu kelas IPS, tapi biar beda dengan tahun-tahun sebelumnya, kelas IPS bakal dibuka dua kelas. Saya nggak tahu kenapa, mungkin karena persoalan kreatif doang.
Mungkin.
Saya yang notabene benci berat sama IPS dan bahasa inggris, jelas-jelas memilih program IPA. Namun setelah dihitung-hitung, masalah mulai menghinggapi saya...
A*jrot, nilai saya nggak cukup untuk program IPA ataupun IPS.
Awalnya saya cuman ketawa nggak jelas, diteruskan dengan guling-guling di atas pasir dan diakhiri dengan loncat dari jendela sambil ngebakar rapor.... YA NGGAK LAH! Saya cuman ketawa-ketawa doang, mulai menerka-nerka nasib saya nanti.
Ternyata dengan ketawa-ketawa, nggak membuat nilai saya berubah di rapor (Ya iyalah).
Saya yang udah terlanjur menurunkan nilai-nilai eksak saya untuk turun indeks yang disengaja perlahan-lahan mulai kembali ke alam nyata. Agak nyesel juga sih, melihat konsekuensi yang bakal saya tanggung.
Tetapi yah, biarin aja deh. Siapa tahu aja ntar kalau saya udah kelas dua, jurusan tata boga bakal dibuka. Lumayan tuh buat bikin bom kue.
Oke, kita kembali ke topik pembicaraan.
Di sekolah saya terdapat dua jurusan. IPA dengan IPS. Setiap tahun biasanya cuman ada satu kelas IPS, tapi biar beda dengan tahun-tahun sebelumnya, kelas IPS bakal dibuka dua kelas. Saya nggak tahu kenapa, mungkin karena persoalan kreatif doang.
Mungkin.
Saya yang notabene benci berat sama IPS dan bahasa inggris, jelas-jelas memilih program IPA. Namun setelah dihitung-hitung, masalah mulai menghinggapi saya...
A*jrot, nilai saya nggak cukup untuk program IPA ataupun IPS.
Awalnya saya cuman ketawa nggak jelas, diteruskan dengan guling-guling di atas pasir dan diakhiri dengan loncat dari jendela sambil ngebakar rapor.... YA NGGAK LAH! Saya cuman ketawa-ketawa doang, mulai menerka-nerka nasib saya nanti.
Ternyata dengan ketawa-ketawa, nggak membuat nilai saya berubah di rapor (Ya iyalah).
Saya yang udah terlanjur menurunkan nilai-nilai eksak saya untuk turun indeks yang disengaja perlahan-lahan mulai kembali ke alam nyata. Agak nyesel juga sih, melihat konsekuensi yang bakal saya tanggung.
Tetapi yah, biarin aja deh. Siapa tahu aja ntar kalau saya udah kelas dua, jurusan tata boga bakal dibuka. Lumayan tuh buat bikin bom kue.
Pertanyaan Nomor Empat
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
on Selasa, 03 Mei 2011
Label:
pertanyaan
/
Comments: (0)
Bagaimanakah cara mengendalikan kematian?
Pertanyaan Nomor Tiga
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
Label:
pertanyaan
/
Comments: (0)
Akankah kau yakin dengan segenap kepercayaan dirimu kalau kau adalah orang waras?
Pertanyaan Nomor Dua
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
Label:
pertanyaan
/
Comments: (1)
Bagaimana caranya untuk bereinkarnasi sebelum mati?
Kimi Ni Todoke the Movie vs Komik!
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
on Senin, 28 Maret 2011
Label:
Hanya sebuah coretan,
Review Komik
/
Comments: (1)
Oh ya ampun, saat saya sedang jalan-jalan di blog ini saya baru tahu lho kalau ternyata Kimi Ni Todoke itu ada versi filmnya! XD, OH MY GOD! Rasanya nggak sabar buat ngedownload ~,~
Bandingkan deh versi film dan komiknya...
Ini versi film :
Beda banget kan? Yang jadi cowoknya cakep banget dan yang jadi ceweknya tuh cantik. Nggak ada kesam seremnya kayak Sadako.
Nah, sementara Kimi Ni Todoke ini bercerita tentang Sawako Kuronuma yang dijauhi sama teman-temannya karena wajah dan auranya mirip tokoh Sadako di film The Rings. Tapi, berbeda dengan Shota Kazehaya, salah satu anak populer di sekolahnya yang tetap menganggap kalau Sawako itu manusia.
Komik ini lumayan laris di Jepang :D
Bandingkan deh versi film dan komiknya...
Ini versi film :
Beda banget kan? Yang jadi cowoknya cakep banget dan yang jadi ceweknya tuh cantik. Nggak ada kesam seremnya kayak Sadako.
Nah, sementara Kimi Ni Todoke ini bercerita tentang Sawako Kuronuma yang dijauhi sama teman-temannya karena wajah dan auranya mirip tokoh Sadako di film The Rings. Tapi, berbeda dengan Shota Kazehaya, salah satu anak populer di sekolahnya yang tetap menganggap kalau Sawako itu manusia.
Komik ini lumayan laris di Jepang :D
Redaksi Majalah
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
on Selasa, 22 Maret 2011
Label:
curhatan,
Hanya sebuah coretan
/
Comments: (0)
Berminggu-minggu yang lalu kiranya. Saya ditelfon oleh redaksi majalah K yang ingin mengkonfirmasi mengenai cerpen yang telah saya kirimkan berbulan-bulan sebelumnya. Sangat disayangkan, staf tersebut menelefon saya pada waktu yang sangat tidak tepat.
Ya, sangat tidak tepat.
Kiranya jam satu siang, saat istirahat kedua berlangsung, saya tengah tertidur di dalam kelas. Saat itu, saya memang sedang didera kantuk yang luar biasa sehingga saya pun tertidur di kelas dengan lelapnya.
Kemudian kejadian itu bermula.
Saya merasakan ada getar-getar di paha kanan saya. Saya tahu kalau getar itu berasal dari HP saya. Dengan ogah-ogahan tingkat akut, saya meraih HP saya dan menatap layarnya sesaat dengan mata lelah.
Nomor nggak dikenal.
Awalnya saya tidak ingin menggubris, namun saya lumayan penasaran dikarenakan rangkaian nomor-nomor tersebut berasal dari kota lain. Saya jadi terdorong untuk mengetahui barangsiapa yang nyasar gila-gilaan ke nomor saya. Maka dari itu, saya mengangkatnya.
Saya : Hem??
Dengan suara yang begitu lembut dan tertata bak seorang pembaca berita, wanita yang berada di seberang mulai ngomong panjang.
Wanita-di-seberang : Kami dari redaksi majalah K, apa betul ini Mbak Wildy De Partie Muchlis yang mengirimkan cerpen yang berjudul 'Fairy Tree Story'?
Saya : Ah, iya...
Wanita-di-seberang : Sekali lagi kami ingin mengkonfirmasi, apa benar cerpen ini tidak pernah dimuat dalam media apapun?
Saya : Ah, iya...
Wanita-di-seberang : Betul, tidak pernah? Dimuat di facebook atau blog, begitu...
Saya : Blog, pernah...
Sepertinya, wanita itu menemukan secercah harapan yang hilang. Dengan nada puas, dia melanjutkan kalimatnya.
Wanita-di-seberang : Maaf, karena sudah menjadi peraturan kami bahwa karya tidak dapat dimuat dalam media manapun. Maka, dengan sangat terpaksa karya ini saya tolak.
Saya : Ah, iya...
Saya tak berekspresi. Pikiran saya masih diangan-angan.
Wanita-di-seberang : Mungkin Mbak bisa mencoba di kesempatan lain.
Saya : Ah, iya...
Tut..tut..tut... Telepon di tutup.
Saya kembali tertidur melanjutkan mimpi yang telah saya rajut tadi. Beberapa menit setelahnya, saya baru sadar kalau karya saya ditolak karena ketidakseriusan saya dalam mengobrol. Tapi yah, saya tidak menyesal akan keputusan saya karena di tengah-tengah batas sadar saya itu, saya berkata jujur.
Sebelumnya, saya sudah mendapat email yang berisikan konfirmasi dari redaksi tersebut bahwa karya saya layak muat dan akan masuk list tunggu. Semudah itu, saya menghancurkan impian yang saya bangun selama berbulan-bulan.
Dan semudah itu pula, saya kembali tertidur.
Ya, sangat tidak tepat.
Kiranya jam satu siang, saat istirahat kedua berlangsung, saya tengah tertidur di dalam kelas. Saat itu, saya memang sedang didera kantuk yang luar biasa sehingga saya pun tertidur di kelas dengan lelapnya.
Kemudian kejadian itu bermula.
Saya merasakan ada getar-getar di paha kanan saya. Saya tahu kalau getar itu berasal dari HP saya. Dengan ogah-ogahan tingkat akut, saya meraih HP saya dan menatap layarnya sesaat dengan mata lelah.
Nomor nggak dikenal.
Awalnya saya tidak ingin menggubris, namun saya lumayan penasaran dikarenakan rangkaian nomor-nomor tersebut berasal dari kota lain. Saya jadi terdorong untuk mengetahui barangsiapa yang nyasar gila-gilaan ke nomor saya. Maka dari itu, saya mengangkatnya.
Saya : Hem??
Dengan suara yang begitu lembut dan tertata bak seorang pembaca berita, wanita yang berada di seberang mulai ngomong panjang.
Wanita-di-seberang : Kami dari redaksi majalah K, apa betul ini Mbak Wildy De Partie Muchlis yang mengirimkan cerpen yang berjudul 'Fairy Tree Story'?
Saya : Ah, iya...
Wanita-di-seberang : Sekali lagi kami ingin mengkonfirmasi, apa benar cerpen ini tidak pernah dimuat dalam media apapun?
Saya : Ah, iya...
Wanita-di-seberang : Betul, tidak pernah? Dimuat di facebook atau blog, begitu...
Saya : Blog, pernah...
Sepertinya, wanita itu menemukan secercah harapan yang hilang. Dengan nada puas, dia melanjutkan kalimatnya.
Wanita-di-seberang : Maaf, karena sudah menjadi peraturan kami bahwa karya tidak dapat dimuat dalam media manapun. Maka, dengan sangat terpaksa karya ini saya tolak.
Saya : Ah, iya...
Saya tak berekspresi. Pikiran saya masih diangan-angan.
Wanita-di-seberang : Mungkin Mbak bisa mencoba di kesempatan lain.
Saya : Ah, iya...
Tut..tut..tut... Telepon di tutup.
Saya kembali tertidur melanjutkan mimpi yang telah saya rajut tadi. Beberapa menit setelahnya, saya baru sadar kalau karya saya ditolak karena ketidakseriusan saya dalam mengobrol. Tapi yah, saya tidak menyesal akan keputusan saya karena di tengah-tengah batas sadar saya itu, saya berkata jujur.
Sebelumnya, saya sudah mendapat email yang berisikan konfirmasi dari redaksi tersebut bahwa karya saya layak muat dan akan masuk list tunggu. Semudah itu, saya menghancurkan impian yang saya bangun selama berbulan-bulan.
Dan semudah itu pula, saya kembali tertidur.
Girlband dan Boyband
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
Label:
Hanya sebuah coretan
/
Comments: (1)
Teman-teman saya itu maniak boyband atau girlband korea. Dimanapun mereka berada, perbincangan tentang 'ih, cakepnya cowok ini!' atau 'di video ini, dia tampak jelek dengan botak setengahnya!' nggak bisa dihindarkan. Saya yang awalnya nggak tahu apa-apa tentang mereka. Mau nggak mau, jadi ikut-ikutan juga.
Saya ini memang gampang terbawa arus.
Saya ini memang gampang terbawa arus.
Demi Apapun...
Oh ya ampun, demi apapun yang ada di dunia ini...
Saya belum sama sekali mengerjakan pr ekonomi. Demi apapun, saya nggak tahu kalau ternyata tugas yang ada di dalam lks ekonomi itu lumayan banyak yang kayaknya nggak cukup dikerjakan dalam jangka waktu tiga hari.
Secara nggak sengaja, dua hari lagi lks itu bakal dikumpul.
Oh ya ampun, demi apapun yang ada di dunia ini. Kiranya, alasan apa ya yang bagus untuk saya utarakan di hadapan ibu guru saya? -___-
Saya belum sama sekali mengerjakan pr ekonomi. Demi apapun, saya nggak tahu kalau ternyata tugas yang ada di dalam lks ekonomi itu lumayan banyak yang kayaknya nggak cukup dikerjakan dalam jangka waktu tiga hari.
Secara nggak sengaja, dua hari lagi lks itu bakal dikumpul.
Oh ya ampun, demi apapun yang ada di dunia ini. Kiranya, alasan apa ya yang bagus untuk saya utarakan di hadapan ibu guru saya? -___-
Sejak Kapan
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
on Minggu, 20 Maret 2011
/
Comments: (1)
Entah sejak kapan, saya juga tidak tahu, hidup saya menjadi kacau balau. Seperti manusia dunia lain yang tak terurus.
Arwah Goyang Karawang
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
on Jumat, 18 Maret 2011
Label:
arwah goyang karawang,
dewi persik,
Hanya sebuah coretan,
julia perez
/
Comments: (1)
Pertengkaran antara Jupe dengan Depe diambil manfaat positifnya oleh rumah produksi film 'Arwah Goyang Karawang'. Sebenarnya, saya nggak peduli-peduli amat ama mereka berantem apa enggaknya, atau film mereka sukses atau enggaknya.Tapi, waktu saya ngelihat cover filmnya. Saya jadi ngakak nggak jelas.
Seperti inilah cover film Arwah Goyang Karawang tersebut :
Oh ya AMPUNN!!! What the **** are they doing???? Mereka memasukkan 'termasuk adegan asli' ke dalam filmnya untuk meraup banyak penonton. -___-
Bagaimana pendapat anda? -____-'
Seperti inilah cover film Arwah Goyang Karawang tersebut :
Oh ya AMPUNN!!! What the **** are they doing???? Mereka memasukkan 'termasuk adegan asli' ke dalam filmnya untuk meraup banyak penonton. -___-
Bagaimana pendapat anda? -____-'
Ngomong tanpa Berpikir dan Linglung
Saya ini sepertinya merupakan salah satu orang yang linglung diantara semua orang linglung di seluruh dunia. Kalau dihitung-hitung kiranya, saya adalah orang linglung level 3 dari 4 level. Nah, saya menjuluki diri saya dengan sebutan linglung akibat beberapa hal, yang pastinya, itu adalah sebuah kenyataan...
-tragis...
Dimulai saat saya sedang menjaga warnet papa saya. Entah dari client berapa, seroang pria muda mendekati operator tempat saya tengah duduk bersantai sembari bermain games online.
Dia : Headset, dong.
Saya kemudian menyalakan kipas angin. Angin berhembus...
----khafilah berlalu.
Dia : HEADSET!
Saya : OH!
Tidak sampai di situ kelinglungan saya. Beberapa hari kemudian, seorang pelanggan entah dari client berapa lagi, berteriak dari kabinnya.
Dia : pesan pop mie, Mbak!
Saya memberikan anggukan kecil. Pertanda saya telah mengerti apa maksudnya. Sedetik -ah... beberapa detik kemudian, saya menemui ibu saya.
Saya : Ma, ada yang pesan kopi.
Client yang mendengar itu langung berteriak ke saya.
Dia : POP MIE, MBAK!
Hening.
Lagi-lagi tak sampai disitu kelinglungan saya.
Beberapa hari setelahnya, saya mengendarai motor ke tempat bimbingan belajar tempat saya bergelung. Sepulang dari sana, saya berjalan dengan 'sok' ke parkiran, memamerkan diri saya yang akhirnya bisa naik motor.
Saya memasukkan kunci motor ke tempat seharusnya ia berada. Saya kemudian duduk di atasnya. Dengan gagah (ngomong-ngomong saya cewek lho), saya memakai helm dan telah siap lahir batin untuk berkendara.
Saya menyalakan stater dengan raut wajah sok.
Bim salabim abrakadabra. Bawang putih oh bawang merah. Gunung meletus. Tsunami melanda. Manusia bertelur dan tikus beranak.
Mesin motornya nggak nyala-nyala.
Saya : Ah... tenang saja...
Saya dengan santai mengecek standart (entah ini tulisannya benar atau tidak) motor. Oh ya ampun! standartnya ternyata sudah dinaikin. Terus apa masalahnya?
Malu-maluin...malu-maluin... Saya gimana pulangnya, dong?
Beberapa menit saya galau, akhirnya saya nemu masalahnya. Saya ternyata lupa memutar kunci dari off ke on.
Kacau berat.
Terlepas dari kejadian stater-nggak-nyala-gara-gara-belum-mutar-kunci-itu, tadi pagi, saya di suruh beli sayur tumbuk sama mama di warung makanan jadi. Saya pun ke sana setelah mencuci muka dengan bersih dan sikat gigi.
Saya : Beli kangkungnya.
Hening sejenak.
Mbak-mbak yang jualan : Kangkung... mentah?
Saya berpikir kalau mbak-mbaknya lagi curcol. Jelas-jelas sayur yang saya maksud ada di lemari tembus pandang itu, tapi kok dia malah nanya mentah atau tidaknya. Mungkin mbaknya habis bangun tidur kali ya.
Oh ya ampun! Ternyata saya yang salah ngomong!
Saya : EH! Bukan! MAAF, itu! eh itu, saya mau beli sayur tumbuk! Ya ampunnn!!!
Mbak-mbak yang jualan tertawa terbahak-bahak. Saya mengakui, ternyata saya itu linglung ya... -___-
-tragis...
Dimulai saat saya sedang menjaga warnet papa saya. Entah dari client berapa, seroang pria muda mendekati operator tempat saya tengah duduk bersantai sembari bermain games online.
Dia : Headset, dong.
Saya kemudian menyalakan kipas angin. Angin berhembus...
----khafilah berlalu.
Dia : HEADSET!
Saya : OH!
Tidak sampai di situ kelinglungan saya. Beberapa hari kemudian, seorang pelanggan entah dari client berapa lagi, berteriak dari kabinnya.
Dia : pesan pop mie, Mbak!
Saya memberikan anggukan kecil. Pertanda saya telah mengerti apa maksudnya. Sedetik -ah... beberapa detik kemudian, saya menemui ibu saya.
Saya : Ma, ada yang pesan kopi.
Client yang mendengar itu langung berteriak ke saya.
Dia : POP MIE, MBAK!
Hening.
Lagi-lagi tak sampai disitu kelinglungan saya.
Beberapa hari setelahnya, saya mengendarai motor ke tempat bimbingan belajar tempat saya bergelung. Sepulang dari sana, saya berjalan dengan 'sok' ke parkiran, memamerkan diri saya yang akhirnya bisa naik motor.
Saya memasukkan kunci motor ke tempat seharusnya ia berada. Saya kemudian duduk di atasnya. Dengan gagah (ngomong-ngomong saya cewek lho), saya memakai helm dan telah siap lahir batin untuk berkendara.
Saya menyalakan stater dengan raut wajah sok.
Bim salabim abrakadabra. Bawang putih oh bawang merah. Gunung meletus. Tsunami melanda. Manusia bertelur dan tikus beranak.
Mesin motornya nggak nyala-nyala.
Saya : Ah... tenang saja...
Saya dengan santai mengecek standart (entah ini tulisannya benar atau tidak) motor. Oh ya ampun! standartnya ternyata sudah dinaikin. Terus apa masalahnya?
Malu-maluin...malu-maluin... Saya gimana pulangnya, dong?
Beberapa menit saya galau, akhirnya saya nemu masalahnya. Saya ternyata lupa memutar kunci dari off ke on.
Kacau berat.
Terlepas dari kejadian stater-nggak-nyala-gara-gara-belum-mutar-kunci-itu, tadi pagi, saya di suruh beli sayur tumbuk sama mama di warung makanan jadi. Saya pun ke sana setelah mencuci muka dengan bersih dan sikat gigi.
Saya : Beli kangkungnya.
Hening sejenak.
Mbak-mbak yang jualan : Kangkung... mentah?
Saya berpikir kalau mbak-mbaknya lagi curcol. Jelas-jelas sayur yang saya maksud ada di lemari tembus pandang itu, tapi kok dia malah nanya mentah atau tidaknya. Mungkin mbaknya habis bangun tidur kali ya.
Oh ya ampun! Ternyata saya yang salah ngomong!
Saya : EH! Bukan! MAAF, itu! eh itu, saya mau beli sayur tumbuk! Ya ampunnn!!!
Mbak-mbak yang jualan tertawa terbahak-bahak. Saya mengakui, ternyata saya itu linglung ya... -___-
Akhirnya...
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
on Selasa, 15 Maret 2011
Label:
Hanya sebuah coretan
/
Comments: (0)
Ah.
Setelah sekian lama saya telah vakum dalam dunia per-blog-an (jangan berkomentar dengan istilah ini). Akhirnya, saya dapat memposting sesuatu.
Selama saya vakum, ada banyak hal yang terjadi dalam diri saya. Entah itu hal yang menyedihkan, atau hal yang menyenangkan. Ada banyak pengalaman yang terjadi dalam diri kita, dan kita tak akan tahu, seberapa banyak pengalaman-pengalaman baru yang ada luar sana.
:)
Tanpa berkata-kata lebih banyak lagi, akhirnya, saya kembali memposting sesuatu :).
Setelah sekian lama saya telah vakum dalam dunia per-blog-an (jangan berkomentar dengan istilah ini). Akhirnya, saya dapat memposting sesuatu.
Selama saya vakum, ada banyak hal yang terjadi dalam diri saya. Entah itu hal yang menyedihkan, atau hal yang menyenangkan. Ada banyak pengalaman yang terjadi dalam diri kita, dan kita tak akan tahu, seberapa banyak pengalaman-pengalaman baru yang ada luar sana.
:)
Tanpa berkata-kata lebih banyak lagi, akhirnya, saya kembali memposting sesuatu :).
Jawaban
Ketika suatu hubungan tak hanya masalah sayang dan cinta...
Ah, saya tidak tahu apa lagi yang mesti saya tuturkan saat ini. Saat ini saya berada pada puncak dari kestressan saya. Masalah ini dan masalah itu digabung bersama-sama, membuat saya menjadi meledak. Frustasi dan segala-galanya.
Ah, saya tidak tahu apa lagi yang mesti saya tuturkan saat ini. Saat ini saya berada pada puncak dari kestressan saya. Masalah ini dan masalah itu digabung bersama-sama, membuat saya menjadi meledak. Frustasi dan segala-galanya.
[curcol] Nenek-nenek
Nenek-nenek itu ribet.
Nah, pertama-tama saya mau minta maaf dulu sama semua nenek-nenek di dunia ini. Entah itu Nenek saya sendiri atau nenek tetangga atau apalah, saya nggak peduli.
Secara kebetulan, Nenek saya itu, ehm, pelit. Pelitnya nggak ketulungan dan beliau nggak begitu suka dengan keborosan cucu dan anak-anaknya. Selain itu, Nenek saya itu, lebih senang membelanjakan sesuatu ke anak-anak lain dibandingkan ke anaknya sendiri. Mungkin, saat saya sedang ngemis-ngemis kelaparan, nenek lebih milih ngasih kentang kejunya ke orang lain daripada cucunya sendiri.
Nggaklah, yang itu cuman bercanda.
Kejadian bermula saat saya nggak bawa uang padahal mau nge-jilid makalah. Saya pun mendatangi Mama saya. "Ma... Minta uang, dong. Buat tugas..."
Mama kebingungan ngelihat laci, "Ya ampun! Mama lupa dompet! Coba deh, minta ke Nenek!"
Saya yang masih dalam mood bagus mengunjungi nenek yang lagi berada di ruang keluarganya. "Nek, minta uang. Saya mau kerja tugas."
"Tidak ada uang," tanpa mikir, Nenek menjawab. "Kenapa tidak minta di mamamu?"
"Mama lupa bawa dompet, dan papa pergi beli kertas hvs. Pinjam uangnya bentar doang."
"Berapakah?"
Perasaan saya mulai nggak enak. Mukanya Nenek kayak kecekik gitu. Sumpah. Saya nggak tahu muka Nenek yang kecekik itu karena Nenek pelit dan nggak mau minjemin, atau, karena saya memiliki kekuatan sakti yang dapat mencekik orang hanya dengan menatap matanya. Saya juga nggak tahu.
"Oke deh, nggak usah. Saya nunggu papa pulang aja," saya memutuskan untuk pergi, nggak tegaan ngelihat nenek yang setengah kepaksa kayak gitu.
Melihat saya pergi, nenek pun mengejar saya dengan gaya telenovela. Beliau melambaikan tangannya seolah-olah ingin menahan saya. Beliau menceracau, "Nak! Berapa, Nak! BERAPA!!!"
Saya nggak peduli.
Alhasil, kenapa saya bilang kalau nenek-nenek ribet itu karena seorang nenek akan menceritakan sikap saya tadi kemana-mana. Dimulai dari mama, papa, pengunjung warnet dan semua orang yang dapat ditemuinya. Mereka melakukan itu agar dapat menertawai saya.
Ha-ha-ha.
Nenek yang gaul berat.
Nah, pertama-tama saya mau minta maaf dulu sama semua nenek-nenek di dunia ini. Entah itu Nenek saya sendiri atau nenek tetangga atau apalah, saya nggak peduli.
Secara kebetulan, Nenek saya itu, ehm, pelit. Pelitnya nggak ketulungan dan beliau nggak begitu suka dengan keborosan cucu dan anak-anaknya. Selain itu, Nenek saya itu, lebih senang membelanjakan sesuatu ke anak-anak lain dibandingkan ke anaknya sendiri. Mungkin, saat saya sedang ngemis-ngemis kelaparan, nenek lebih milih ngasih kentang kejunya ke orang lain daripada cucunya sendiri.
Nggaklah, yang itu cuman bercanda.
Kejadian bermula saat saya nggak bawa uang padahal mau nge-jilid makalah. Saya pun mendatangi Mama saya. "Ma... Minta uang, dong. Buat tugas..."
Mama kebingungan ngelihat laci, "Ya ampun! Mama lupa dompet! Coba deh, minta ke Nenek!"
Saya yang masih dalam mood bagus mengunjungi nenek yang lagi berada di ruang keluarganya. "Nek, minta uang. Saya mau kerja tugas."
"Tidak ada uang," tanpa mikir, Nenek menjawab. "Kenapa tidak minta di mamamu?"
"Mama lupa bawa dompet, dan papa pergi beli kertas hvs. Pinjam uangnya bentar doang."
"Berapakah?"
Perasaan saya mulai nggak enak. Mukanya Nenek kayak kecekik gitu. Sumpah. Saya nggak tahu muka Nenek yang kecekik itu karena Nenek pelit dan nggak mau minjemin, atau, karena saya memiliki kekuatan sakti yang dapat mencekik orang hanya dengan menatap matanya. Saya juga nggak tahu.
"Oke deh, nggak usah. Saya nunggu papa pulang aja," saya memutuskan untuk pergi, nggak tegaan ngelihat nenek yang setengah kepaksa kayak gitu.
Melihat saya pergi, nenek pun mengejar saya dengan gaya telenovela. Beliau melambaikan tangannya seolah-olah ingin menahan saya. Beliau menceracau, "Nak! Berapa, Nak! BERAPA!!!"
Saya nggak peduli.
Alhasil, kenapa saya bilang kalau nenek-nenek ribet itu karena seorang nenek akan menceritakan sikap saya tadi kemana-mana. Dimulai dari mama, papa, pengunjung warnet dan semua orang yang dapat ditemuinya. Mereka melakukan itu agar dapat menertawai saya.
Ha-ha-ha.
Nenek yang gaul berat.
Kaichou wa Maid-sama review
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
on Sabtu, 19 Februari 2011
Label:
komik,
Review Komik
/
Comments: (1)
Mungkin udah basi berat ketika saya membahas komik yang satu ini. But, ini adalah salah satu komik yang saya lumayan suka.
Kaichou wa Maid-sama atau kalo versi Indonesianya : My Sweet Kaicho menceritakan tentang seorang Ketua Osis cewek, Misaki Ayuzawa yang devilnya minta ampun, disiplin tegas, dan blah blah blah (maksudnya tu ketua osis tuh serem banget) . Apalagi, SMA Seika terkenal banget dengan kehancuran moralnya.
Nah, tanpa diketahui oleh teman-temannya, ternyata Misaki adalah salah satu pelayan di Cafe Maid. Kebayang kan gimana bedanya Misaki saat jadi maid dan saat jadi ketua osis?
Tak lama kemudian, Usui Takumi selaku murid baru jenius datang ke SMA Seika dan mengaku tertarik kepada kepribadian Misaki. Parahnya, ternyata Usui tahu kalau Misaki adalah seorang pelayan!?
Komik ini lebih mengekspos tentang kisah cinta yang manis.
[curcol] Menjaga Warnet
Curcol kali ini, saya akan bercerita bagaimana diri saya menjadi seorang pekerja pada hari libur. Yeah, menjadi penjaga warnet.
Jeng jeng, ayo tepuk tangan.
Awalnya saya sangat bersemangat, pekerjaanya cuman duduk, nongkrong nge-net dan dapat gaji. Tapi yah, ternyata pekerjaan jadi operator tuh MELELAHKAN banget.
Mungkin saya sudah menceritakan saat kemaren hari gratis dan warnetnya diserbu sama orang-orang. Kali ini, memang sih udah nggak gratis lagi, tapi beneran ribet banget. Nanya ini itu dan blah blah blah. Kepala saya pusing.
Tepuk kepala.
Pelajaran moral hari ini : Jangan berpikir menjadi seorang operator itu asyik berat dan gampang.
So, mumpung sekarang warnet sepi, saya jadi punya waktu banyak buat ngeposting sesuatu... setidaknya.
Jeng jeng, ayo tepuk tangan.
Awalnya saya sangat bersemangat, pekerjaanya cuman duduk, nongkrong nge-net dan dapat gaji. Tapi yah, ternyata pekerjaan jadi operator tuh MELELAHKAN banget.
Mungkin saya sudah menceritakan saat kemaren hari gratis dan warnetnya diserbu sama orang-orang. Kali ini, memang sih udah nggak gratis lagi, tapi beneran ribet banget. Nanya ini itu dan blah blah blah. Kepala saya pusing.
Tepuk kepala.
Pelajaran moral hari ini : Jangan berpikir menjadi seorang operator itu asyik berat dan gampang.
So, mumpung sekarang warnet sepi, saya jadi punya waktu banyak buat ngeposting sesuatu... setidaknya.
Logan Lerman in Three Musketeers
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
Label:
Hanya sebuah coretan,
logan lerman
/
Comments: (0)
Masih ingat dengan Logan Lerman? Bagi penggemar berat serial Percy Jackson and the Olympians pasti sudah nggak asing banget sama aktor tampan yang satu ini.
Logan Lerman akan berperan sebagai D'Artagnan dalam film 'Three Musketeers', meskipun sangat disayangkan dalam film ini Lerman berambut keriting dan panjang (sehingga keimutan wajahnya nggak se-ekspos biasanya *plak), tapi yah, Logan Lerman menjadi semakin cool untuk menjadi seorang 'musketeers'.
Salah satu kopian dari sinopsis yang telah saya baca :
So when, three years later, the devil-may-care young D’Artagnan (Logan Lerman) journeys to Paris to realize his dream of becoming a Musketeer, he finds them a shadow of their former selves, working menial jobs and seeking a cause worth serving.
Hohohoho, jadi nanti si Percy memerankan D'Artagnan yang berusaha untuk menjadi seorang pengawal kerajaan. Film yang akan tayang perdana 15 April 2011 dalam format 3D ini diadaptasi dari novel klasik karangan Alexandre Dumas. Jadi, sabar nunggu ya ^o^
[curcol] Aldy.net
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
Label:
curcol,
curhatan,
Hanya sebuah coretan
/
Comments: (1)
Tepatnya hari ini, Aldy.net telah dibuka secara umum, dan tentunya seperti rencana-rencana awal, semuanyagratis. Ya, benar sekali kawan, gratis.
Segencar-gencarnya seseorang berpromo, saya amat sangat mengakui kegencaran ayahanda saya untuk berpromo. Yah, beliau menggratiskan segalanya. Alhasil yang datang ke warnet itu cuman anak kecil yang kuruuuuussss banget dan item-item, ditambah juga dengan kakak-kakaknya yang hobi banget gratisan.
Warnet yang cuman seluas 5x10 meter itu kini nggak jauh bedanya dengan TK nol besar. Belum lagi, kipas angin yang sebijik doang yang kepasang di tengah-tengah ruangan nggak cukup buat menghilangkan kepengapan dan bau keringat dari makhluk-makhluk yang berseliweran di dalamnya.
Tepuk tangan.
Warnet kecil nan pengap itu kayak diserbu agresi militer. Untung aja waktu pembukaan saya nggak jadi tiarap di dasar lantai (jayus). Ya, untung aja waktu itu saya masih waras.
Overall, saya cuman bisa berdoa agar usaha pertama papa yang sangat dibangga-banggakannya itu bisa lancar dan mendulang banyak rezeki :). Meskipun banyak pesaing, saya yakin kalau papa pasti bisa.
Ciayo!
Segencar-gencarnya seseorang berpromo, saya amat sangat mengakui kegencaran ayahanda saya untuk berpromo. Yah, beliau menggratiskan segalanya. Alhasil yang datang ke warnet itu cuman anak kecil yang kuruuuuussss banget dan item-item, ditambah juga dengan kakak-kakaknya yang hobi banget gratisan.
Warnet yang cuman seluas 5x10 meter itu kini nggak jauh bedanya dengan TK nol besar. Belum lagi, kipas angin yang sebijik doang yang kepasang di tengah-tengah ruangan nggak cukup buat menghilangkan kepengapan dan bau keringat dari makhluk-makhluk yang berseliweran di dalamnya.
Tepuk tangan.
Warnet kecil nan pengap itu kayak diserbu agresi militer. Untung aja waktu pembukaan saya nggak jadi tiarap di dasar lantai (jayus). Ya, untung aja waktu itu saya masih waras.
Overall, saya cuman bisa berdoa agar usaha pertama papa yang sangat dibangga-banggakannya itu bisa lancar dan mendulang banyak rezeki :). Meskipun banyak pesaing, saya yakin kalau papa pasti bisa.
Ciayo!
The Lost Hero Sinopsis
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
Label:
novel,
percy jackson,
The Lost Hero
/
Comments: (6)
Masih ingat dengan serial Percy Jackson and The Olympians karya Rick Riordan? Setelah tamatnya serial anak populer tersebut, Rick Riordan membuat mahakarya satu lagi yang berjudul 'The Lost Hero'.
The Lost Hero masih mengambil setting yang sama dengan Novel Percy Jackson and the Olympians yaitu di Perkemahan Blasteran. Bedanya, The Lost Hero ini tidak menceritakan tentang kehidupan Percy lagi. Namun, pahlawan-pahlawan baru yang lain. The Lost Hero berkisah tentang sudut pandang Leo, Jason dan Piper. Dan seperti halnya Percy Jackson, novel ini dibagi atas beberapa seri.
The Lost Hero telah terjual bebas di negara barat. Jadi, kita mesti menunggu beberapa saat agar novel ini beredar di Indonesia. Jadi nggak sabar nih menunggu style Om Rick Riordan yang asik nan menyegarkan ^o^.
Matsuyama Kenichi in Usagi Drop
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
on Jumat, 18 Februari 2011
Label:
2011,
film,
Matsuyama Kenichi
/
Comments: (0)
English version
Role: Daikichi
Status: Post-Production
Release: Summer 2011
The live-action movie adaptation of Yumi Unita's manga series "Usagi Drop" now has a cast. Kenichi Matsuyama (25) will play the lead role, supported by child actress Mana Ashida (6). SABU will direct.
The movie, first announced in June, tells the story of a young and awkward bachelor (Matsuyama) who begins raising a girl (Ashida) after he learns that she is the illegitimate child of his grandfather. This will be Matsuyama's first time playing a father figure.
Ashida, who debuted as an actress last year, has recently gained attention for her roles in the drama series "Mother" and the movie "Kokuhaku."
Other cast members include Karina (26) and Chizuru Ikewaki (28). Filming has already begun and is scheduled to finish during the middle of this month. Summer 2011 is being targeted for theatrical release.
Peran: Daikichi
Status: Pasca Produksi
Release: Musim Panas 2011
Film live-action adaptasi dari serial manga Yumi Unita's "Usagi Drop" ini sekarang telah dirilis. Kenichi Matsuyama (25) akan memainkan peran utama, dibantu dengan aktris cilik Mana Ashida (6).
Film ini pertama kali diumumkan pada bulan Juni, menceritakan kisah seorang sarjana muda dan canggung (Matsuyama) yang mulai membesarkan seorang gadis (Ashida) setelah dia mengetahui bahwa dia adalah anak haram dari kakeknya. Ini akan menjadi pertama kalinya Matsuyama bermain menjadi figur ayah.
Sementara itu Ashida, yang memulai debutnya sebagai aktris tahun lalu, baru-baru ini mendapat perhatian untuk perannya dalam seri drama "Ibu" dan film "Kokuhaku."
Anggota cast lainnya termasuk Karina (26) dan Chizuru Ikewaki (28). Pembuatan film ini telah dimulai dan dijadwalkan selesai pada pertengahan bulan ini. Summer 2011 adalah menjadi sasaran untuk sandiwara rilis
Matsuyama Kenichi's Profile
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
Label:
death note,
L,
Matsuyama Kenichi biodata,
profile
/
Comments: (0)
Nama:Matsuyama Kenichi 松山ケンイチ
Zodiak:Pisces
Tanggal lahir: 5 Maret 1985
Tempat lahir:Mutsu,Aomori Japan
Tipe darah: B
Tinggi::180cm
Berat::60kg
Olahraga kegemarannya adalah lompat galah
sewaktu di sekolah menengah pertama Kenichi-kun pernah menduduki
urutan ke 4 cabang lompat galah dalam pesta olaraga
tingkat daerah di Tohoku. Selain itu Kenichi-kun juga bisa bermain basket di kursi roda
Pada tahun 2001, Kenichi-kun mengikuti audisi mencari bintang "New Style Audition" yang diadakan agensi Horipro, bersama Majalah Boon, dan pusat perbelanjaan Parco
. Ia mengalahkan 16.572 peserta lain dan dipilih menjadi pemenang pertama.
Pada tahun yang sama, ia menjadi model untuk promosi pusat perbelanjaan Parco.
Karier layar perak dimulainya tahun 2003 dengan film berjudul Akarui Mirai (Bright Future). Tahun 2005, Kenichi-kun lulus audisi film Otokotachi no Yamato. Produser Haruki Kadokawa yang sukses menemukan aktris seperti Hiroko Yakushimaru dan Tomoyo Harada begitu terkesan sewaktu melihat Ken'inchi, dan memberikannya
peran Kamio Katsumi dalam film Yamato. Selanjutnya,Ken'ichi juga diikutsertakan dalam dua judul film produksi Haruki Kadokawa, Aoki Ōkami Chihate Umi Tsukiru Made
dan Tsubaki Sanjūrō. Pada tahun 2006 namanya mencuat setelah membintangi film Death Note sebagai L. Dia juga banyak bermain dalam Film, Serial Drama, dan Pengisi suara sebagai Dewa Kematian Jealous (Death Note).
Film yang di bintangi kenichi
* Bright Future (2003) - sutradara: Kiyoshi Kurosawa
* Kanzen naru Shiiku Himitsu no Chikashitsu (2003)
* Guuzen Nimo Saiaku na Shounen (2003)
* The Locker 2 (2004)
* Kamachi (2004)
* Winning Path (2004)
* Shibuya Kaidan 2 (2004)
* The Taste of Tea (2004)
* Linda Linda Linda (2005) sebagai Makihara
* Nana (2005) sebagai Shin (Shinichi Okazaki)
* Furyō Shōnen no Yume (2005)
* Kasutamu-meido 10.30 (2005)
* Otoko-tachi no Yamato (2005) sebagai Katsumi Kamio (15 tahun)
* Oyayubi Sagashi (2006)
* Death Note (2006) sebagai L
* Death Note: The Last Name (2006) sebagai L
* Ten Nights of Dream (2007)
* The Blue Wolf: To the Ends of the Earth and Sea (2007) sebagai Juchi
* Shindō (2007)
* Dolphin Blue: Fuji, Mou Ichido Sora e (2007)
* South Bound (2007)
* Tsubaki Sanjūrō (2007)
* L: Change the World (2008)
Serial drama
* Gokusen musim tayang I (NTV, 2002)
* Gokusen Special Sayonara 3-nen D-gumi -Yankumi Namida no Sotsuyō Shiki ((NTV, 2003)
* Kids War 5 (CBC, TBS, 2003)
* Be-Bop Highschool (TBS, 2004)
* [[Division 1 Stage 15 "Odaiba Bōken Ō SP Kareshi Sensei" (Fuji Television, 2005)
* Be-Bop Highschool 2 (TBS, 2005)
* 1 Litre of Tears (2005)
* Tsubasa No Oreta Tenshitachi Dai-ni ya "Live Chat" (Fuji Television, 2006)
* Machiben (NHK, 2006) episode 1
* Sono 5-fun mae episode "Aruyo no Dekigoto" (NHK, 26 Desember 2006)
* Sexy Voice and Robo (NTV, 2007)
Awards & Nominations
* 2006 Hochi Film Awards - Best New Actor (Death Note)
* 2007 Yokohama Film Festival - Best New Talent (Death Note)
* 2007 Nominee Japanese Academy Awards for Best Supporting Actor (Death Note)
* 2007 Japanese Academy Awards - Best New Actor (Death Note & YAMATO)
* 2007 Elan D' or Awards for Rookie of the Year (won)
* 2008 2nd Asia Pacific Producer's Network Award - Best Actor (Death Note)
* 2008 1st Egaishan Taisho Movie Theatre Award (won)
* 2009 Nominee 32nd Japanese Academy Awards for Best Actor (Detroit Metal City)
* 2009 32nd Japanese Academy Awards- Most Popular Actor (Detroit Metal City)
* 2009 Nominee 3rd Asian Film Awards for Best Actor (Detroit Metal City)
* 2009 60th Television Drama Academy Awards - Best Actor (Zeni Geba)
* 2010 64th Mainichi Film Awards - Best Actor (Ultra Miracle Lovestory)
Vocal Roles
* Death Note (Anime) (2006) as Gelus.
* Detroit Metal City (OVA) (2008) as Makoto Hokazono.
Helaan...
Lagi-lagi saya sakit.
Sakit kali ini bukanlah sakit saya secara fisik, tapi sakit saya secara batin. Bukan, bukan karena cinta. Bukan pula karena tekanan sekolah. Bukan, tolonglah jangan asal menebak.
Saya rasa, saya ingin segera kabur dari rumah.
Saya tidak ke sekolah hari ini. Saya tidak siap batin untuk menyerap segala sesuatu sampai kelas berakhir. Dan kalau saja keesokan harinya kewajiban saya tidak ditagih, mungkin esok saya tidak akan ke sekolah juga. Saya ingin cepat-cepat menyelesaikan semester ini dan mendapatkan indeks bawah. Kemudian, saya akan tertawa-tawa di atas nilai saya. Saya akan menunjukkan kepada orang-orang beruntung itu bahwa hanya saya yang bisa merubah kehidupan saya, bahwa cara mereka membuat saya sadar itu salah. Bahwa saya sudah menyerah dengan segala-galanya. Bahwa saya bukan seorang dewa. Bahwa saya memang memalukan.
Namun sayangnya, tidak sekolah membuat batin saya semakin tersiksa. Mereka membuat saya tersiksa. Mereka hanyalah orang-orang beruntung yang mendapatkan kesempatan lebih dulu lahir dibandingkan dengan saya. Mereka -lagi-lagi- hanyalah manusia beruntung yang memakai predikat mereka untuk menjamah kepribadian saya. Untuk menyiksa saya.
Saya ingin segera kabur dari rumah. Saya ingin segera menyelesaikan sekolah saya dan cepat-cepat bekerja menghidupi diri saya sendiri. Saya tidak butuh apa-apa. Saya hanya butuh sendiri. Saya lebih baik sendiri, tak bersosialisasi membuat saya jauh lebih baik.
Saya ingin lenyap, serius.
Kenyataannya, saya akan menganggap saat ini adalah suatu cobaan yang sangat berat (sok berpikir positif) seolah-olah ini adalah langkah menuju kedewasaan saya. Toh, semakin lama, saya semakin kuat –ah ralat, sebenarnya saya tidak semakin kuat, semakin batu, tepatnya.
Well, sayang sekali orang-orang beruntung itu tidak mengendus seluruh bau busuk yang saya sembunyikan di dalam lemari saya.
Sakit kali ini bukanlah sakit saya secara fisik, tapi sakit saya secara batin. Bukan, bukan karena cinta. Bukan pula karena tekanan sekolah. Bukan, tolonglah jangan asal menebak.
Saya rasa, saya ingin segera kabur dari rumah.
Saya tidak ke sekolah hari ini. Saya tidak siap batin untuk menyerap segala sesuatu sampai kelas berakhir. Dan kalau saja keesokan harinya kewajiban saya tidak ditagih, mungkin esok saya tidak akan ke sekolah juga. Saya ingin cepat-cepat menyelesaikan semester ini dan mendapatkan indeks bawah. Kemudian, saya akan tertawa-tawa di atas nilai saya. Saya akan menunjukkan kepada orang-orang beruntung itu bahwa hanya saya yang bisa merubah kehidupan saya, bahwa cara mereka membuat saya sadar itu salah. Bahwa saya sudah menyerah dengan segala-galanya. Bahwa saya bukan seorang dewa. Bahwa saya memang memalukan.
Namun sayangnya, tidak sekolah membuat batin saya semakin tersiksa. Mereka membuat saya tersiksa. Mereka hanyalah orang-orang beruntung yang mendapatkan kesempatan lebih dulu lahir dibandingkan dengan saya. Mereka -lagi-lagi- hanyalah manusia beruntung yang memakai predikat mereka untuk menjamah kepribadian saya. Untuk menyiksa saya.
Saya ingin segera kabur dari rumah. Saya ingin segera menyelesaikan sekolah saya dan cepat-cepat bekerja menghidupi diri saya sendiri. Saya tidak butuh apa-apa. Saya hanya butuh sendiri. Saya lebih baik sendiri, tak bersosialisasi membuat saya jauh lebih baik.
Saya ingin lenyap, serius.
Kenyataannya, saya akan menganggap saat ini adalah suatu cobaan yang sangat berat (sok berpikir positif) seolah-olah ini adalah langkah menuju kedewasaan saya. Toh, semakin lama, saya semakin kuat –ah ralat, sebenarnya saya tidak semakin kuat, semakin batu, tepatnya.
Well, sayang sekali orang-orang beruntung itu tidak mengendus seluruh bau busuk yang saya sembunyikan di dalam lemari saya.
[curcol (again!?)] Masa-masa SMA
Oke, kalau seandainya saya mendapati anak kuliahan yang tengah termenung memikirkan masa-masa SMA-nya yang (katanya) indah. Maka dalam hati saya, saya akan mengumpat sejadi-jadinya, "Silakan kau ambil MASA-MASA SMA sialanmu itu! Aku rela, kok!"
Seringkali, saya agak-agak sinis dengan orang-orang yang mengejar-ngejar nilai, seolah-olah nilai merupakan tambang emas yang amat berharga --bagaimanapun resikonya, asal nilai mereka bagus, maka mereka akan melakukan segala macam usaha, apapun itu. Jujur, saya benci menjadi individu yang seperti itu. Munafik. Nggak murni dan segala macam kandidat saya nobatkan kepada mereka. Meskipun, sebenarnya, saya juga salah satu dari orang-orang nggak murni itu.
Munafik banget, kan?
Ya, saya tahu, saya juga seorang munafik. Dan saya juga membenci diri saya sendiri.
Saya memang ingin keluar dari kebelengguan dunia hitam putih ini, namun, saya tak bisa karena keterpaksaan ini merupakan takdir saya. Saya harus menerima, menerima meski tak ingin untuk menerima. Menerima meski saya ingin muntah dengan apa yang saya lakukan.
Saya jujur saja, benci sekolah. Menurut saya, sekolah nggak begitu berguna. Saya setiap hari menghadiri tiap-tiap kelas. Dan, apa yang saya peroleh? Saya tidak menyimak, saya tidur dalam diam, saya mencari keasikan saya tersendiri. Dan toh, pada saat ulangan, saya kembali dalam diri saya yang mengejar-ngejar nilai.
Kumpulan orang-orang munafik.
Saya lelah dengan tugas. Saya lelah mendengar decitan spidol. Saya lelah dengan buku-buku paket yang berat, yang kelihatannya lebih berguna untuk menghantam kepala kosong saya.
Saya frustasi, depresi, tertekan dan segala hal yang ingin saya ungkapkan.
Sekali lagi, ambil SAJA masa-masa SMA SIALANMU itu!, saya sama sekali tidak menikmatinya.
Seringkali, saya agak-agak sinis dengan orang-orang yang mengejar-ngejar nilai, seolah-olah nilai merupakan tambang emas yang amat berharga --bagaimanapun resikonya, asal nilai mereka bagus, maka mereka akan melakukan segala macam usaha, apapun itu. Jujur, saya benci menjadi individu yang seperti itu. Munafik. Nggak murni dan segala macam kandidat saya nobatkan kepada mereka. Meskipun, sebenarnya, saya juga salah satu dari orang-orang nggak murni itu.
Munafik banget, kan?
Ya, saya tahu, saya juga seorang munafik. Dan saya juga membenci diri saya sendiri.
Saya memang ingin keluar dari kebelengguan dunia hitam putih ini, namun, saya tak bisa karena keterpaksaan ini merupakan takdir saya. Saya harus menerima, menerima meski tak ingin untuk menerima. Menerima meski saya ingin muntah dengan apa yang saya lakukan.
Saya jujur saja, benci sekolah. Menurut saya, sekolah nggak begitu berguna. Saya setiap hari menghadiri tiap-tiap kelas. Dan, apa yang saya peroleh? Saya tidak menyimak, saya tidur dalam diam, saya mencari keasikan saya tersendiri. Dan toh, pada saat ulangan, saya kembali dalam diri saya yang mengejar-ngejar nilai.
Kumpulan orang-orang munafik.
Saya lelah dengan tugas. Saya lelah mendengar decitan spidol. Saya lelah dengan buku-buku paket yang berat, yang kelihatannya lebih berguna untuk menghantam kepala kosong saya.
Saya frustasi, depresi, tertekan dan segala hal yang ingin saya ungkapkan.
Sekali lagi, ambil SAJA masa-masa SMA SIALANMU itu!, saya sama sekali tidak menikmatinya.
[curcol] Rain Affair
Dibuat oleh
Whieldy_mirza
on Minggu, 30 Januari 2011
Label:
curcol,
Hanya sebuah coretan
/
Comments: (2)
“Nath, kalau waktu itu nggak hujan, apa kamu bakal menikah denganku?”
Hem, sepuluh menit yang lalu –mungkin, saya menghabiskan novel metropop berjudul Rain Affair, karyanya Mbak Clara Canceriana, sesosok wanita yang nggak saya kenal (ngomong-ngomong, kenapa kita membahas ini?). Well, saat ini saya lagi nggak pengen membahas gimana plot, gaya bahasa, penokohan dan bla bla bla, yang notabene (cie elah) sering saya bahas setelah saya membaca suatu karya sastra.
Intinya, saya bakal membahas kalimat terakhir dalam epilog novel tersebut, yaitu, tidak lain dan tidak bukan adalah kalimat yang saya tulis di awal artikel blog ini. Well (diiming-imingi dengan ‘well’ lagi), saya pikir, itu bukanlah pertanyaan yang pantas untuk ditanyakan.
Saya pikir semuanya adalah takdir. Kalau saja dia berkata seperti itu, maka saya turut bertanya dengan maksud yang sama kepada pacar saya, “Sayang, kalau seandainya waktu itu aku nggak masuk kemudian, apa kita nggak bakal pacaran?” atau mungkin lebih jauh lagi, mama aku bakal nanya ke papa aku, “Pa, kalau seandainya mama kuliah dan nggak jadi kerja di hotel, apa papa bakal nikahin mama?”. Lebih jauh lagi, “Kek, kalau seandainya mama dan papa nenek nggak jadi menikah, apa kakek bakal nikahin nenek?”
Runyam banget, kan?
Kalau seandainya semua orang nanya gitu, dan tau-taunya takdir berubah. Gila aja! Takdir berubah dikit, saya nggak bakal lahir di dunia ini. Jadi, buat apa hal-hal yang menyangkut takdir itu dipertanyakan?
Eh eh, udah deh, pusing saya…
Memang paling asoy curcol di blog XD.