About 'Love'?

Em, saya ingat ketika seseorang mengatakan perasaannya kepada saya. Dia berkata kalau betapa pedihnya ketika kita mencintai seseorang yang tidak mencintai kita.

Saya pun seperti itu.

Saya menyukai orang yang salah. Dan sepertinya, saya mesti menyerah dan menyambut pria lain dengan kedua tangan saya yang lebar.

Mimpi yang Baik Bagian ke-2

Ketika itu saya pulang ke rumah. Saya mengendarai mobil yang saya lupa siapa supirnya. Di perjalanan pulang, saya melihat langit senada dengan kepulan asap rokok. Hampir gelap seluruhnya.

Tiba-tiba, semua orang menangis. Siapapun itu. Saya bertanya-tanya kenapa. Tapi nggak ada yang mau menjawab pertanyaan saya.

Seketika itu, saya tersadar kalau dunia akan kiamat.

Hal yang paling pertama saya pikirkan adalah ibu saya. Ibu saya sedang hamil besar. Dan saya mesti menolong ibu saya apapun yang terjadi. Saya tidak peduli kalau saya akan mati mengenaskan. Asal ibu saya bisa selamat. Atau setidaknya, meninggal tanpa merasakan sakit yang luar biasa.

Saya mulai merasakan dingin di ujung jari saya. Kemudian menyusun rencana panjang seraya terus menatap langit. Saya berniat membawa ibu saya ke atap rumah atau ke lapangan yang terhindar dari resiko rumah runtuh ataupun pohon tumbang. Nah, ternyata, ketika saya telah sampai di muka rumah saya...

...saya diberi tahu kalau kepulan asap itu berasal dari tabung PLN yang memang cuman berjarak kurang dari 1 KM dari rumah saya.

Waddehek?

Mimpi yang Baik

Kemaren saya dengar khutbah. Khutbah yang saya dengar itu berjudul Mimpi dalam Sudut Pandang Islam. Karena saya duduk di barisan yang paling belakang, saya cuman mendengar kalimat 'Mimpi yang Baik' terulang terus-menerus.

Well, tentang mimpi. Di post sebelumnya saya udah ngungkit-ngungkit tentang mimpi ketemu artis. Nah, hidup memang bagaikan roda yang terus berputar...

Kali ini saya mimpi buruk.

Mimpi buruk terjadi dua hari sebelum saya nge-post artikel ini. Sungguh, kedua-duanya memiliki tingkat ke-nggaklogisan yang sama. Saya dengar dari khutbah kalau mimpi yang buruk tidak boleh kita beritahukan kepada orang lain. Tapi yah, meskipun begitu... tangan saya udah gatel buat ngumbar-ngumbar mimpi jelek saya.

Dua hari yang lalu, saya lagi ngambek. Saya lupa karena apa dan disitu ada papa saya. Kenyataannya, papa saya telah berangkat ke luar negeri untuk bekerja. Tapi toh ini mimpi. Saya lupa kalau papa saya sebenarnya tidak ada di Indonesia.

Singkat cerita, saya ngambek berat. Lupa karena apa. Nah, karena ngambek saya berjongkok dan berpura-pura tertidur. Menurut pemikiran saya saat itu, dengan pura-pura tidur sambil jongkok, bisa mengantarkan kita ke tempat yang lain. Errr, saya juga nggak ngerti gimana ngejelasinnya. Tapi itu benar-benar terjadi! Maksud saya, ketika saya pura-pura membatu, tiba-tiba, tanah bergera membawa saya entah kemana. Solah-olah saya sedang menaiki eskalator rata.

Saya sampai ke suatu perempatan gelap dengan bangunan-bangunan tak berpenghuni. Tidak ada pejalan kaki ataupun kendaraan. Beberapa bangunan diantaranya memiliki lampu berwarna-warni. Saat itu pula saya tahu kalau saat itu saya sedang berada di depan sebuah mall panakukang. Kalau dipikir-pikir, potret mall panakukang yang ada di Makassar berbeda jauh dengan yang saya lihat di mimpi saya.

Saya masuk ke mall.

Sesampai disana, saya mengunjungi toko buku yang berada di lantai satu. Toko buku itu memiliki satu rak khusus novel. Tapi novelnya nggak menarik sama sekali. Saya berputar ke rak majalah. Ternyata kebanyakan dari majalah yang ada di sana adalah majalah keluaran lama. Herannya, untuk majalah donal ebbek keluaran lama dihargai 26.000.

Saya speechless.

Nggak jadi beli majalah, saya kembali ke rak novel. Ketika saya merapikan buku-buku yang teracak-acak, saya melihat sebuah analog berwarna merah yang waktunya terhitung mundur. Analog itu seperempat dari besar kotak korek api. Saya kaget. Menerka-nerka kalau itu adalah bom.

Waktu yang tersisa saat itu kira-kira kurang dari 20 detik. Saya panik. Wanita yang ada di samping saya juga panik. Saya berdebar ketika berlari keluar dari toko buku dan menuju jendela. Herannya, disana ada ibu saya.

Saya berteriak memanggil ibu saya.

Lalu adik lelaki saya berlari mendahului ibu saya yang sedang berteriak ketakutan. Ibu saya menyuruh nenek saya keluar dengan cepat dari mall. Termasuk dengan kakek saya. Ketika saya telah berada di luar mall, entah kenapa mall itu berpindah lokasi menjadi rumah nenek saya. Alhasil, ketika itu saya tengah berada di halaman rumah nenek.

Saya masih panik. Meskipun saya telah berada di kebun belakang nenek saya, saya tetap berlari sambil mengkhawatirkan ibu. Saya menunggui ibu saya mengajak nenek. Sementara itu saya bersiap-siap melompat ke kanal.

Dan ketika bom itu akan segera meledakkan dirinya. Ketika saya sudah merasakan feel ledakan...

Saya tiba-tiba terbangun dengan nafas terengah. Dada saya seperti dihantam oleh benda keras.

Saya ngerasa takjub.


Nah, mimpi kedua saya akan saya ceritakan di post selanjutnya :)

Pertama Saya Linglung, Kedua Anda Lemot

Baru kali ini saya merasa sangat malu di hadapan pengajar (baca : tutor).

Well, hari ini adalah hari pertama saya masuk bimbingan belajar dekat rumah. Dan kami belajar matematika. Saya nggak begitu memperhatikan karena saya lagi 'songong'. Menganggap pelajaran statistika adalah pelajaran yang cukup mudah.

Saya pun menatap papan tulis dengan mata agak menyipit. Ketika orang melihat saya, mungkin mereka akan berhipotesis kalau saya tengah kebingungan. Tapi sungguh, mata menyipit itu saya lakukan karena saya mengidap rabun jauh.

Dan tutor matematika itu menganggap sayalah yang paling nggak mengerti dalam pelajarannya. Dia beberapa kali menegur saya karena nggak pernah menjawab pertanyaannya yang so-simpel-itu, dan segalanya amat didukung oleh raut wajah menyipit saya. Oke deh, saya udah dianggap bodoh.

Nah, sampai suatu saat saya bertanya mengenai suatu hal. Memang sayanya aja yang linglung berat. Saya malah mengutarakan pertanyaan saya itu ke... penjelasan lain?. Oke, saya saat itu ditertawakan. Dan tutor itu menganggap saya lebih bodoh dari apa pun yang ia kira.

Saya merasa cupu abis.

Selepas itu, saya mengutarakan pertanyaan kedua. Pertanyaan kedua saya utarakan dengan agak berbelit-belit namun mengenai inti. Sang tutor yang selalu memandang saya dengan sebelah matanya itu, jelas-jelas menuliskan rumus di papan tulis. Dan saya bertanya apa hanya data interval yang menggunakan 'x'?. Esssh, dia malah tertawa dan menuding saya dengan perkataannya, "Sepertinya masih ada yang belum mengerti ya!" dan dia mulai menjelaskan sesuatu yang sangat bertolak belakang dengan apa yang saya tanyakan.

Cupu berat.

Wong dia yang nulis diatas kayak gitu. Data tunggal tidak menggunakan 'x'. Tapi pada saat saya tanya, dia menuding saya. Mungkin menertawakan saya dalam hatinya.

Oke, saya punya cutter di tempat pensil saya. Tapi sayangnya, disini terlalu banyak saksi.

Saya Berubah dan Saya Bukan Cewek

Tiga hari lagi, rutinitas saya akan kembali seperti biasa. Rasanya malas kembali ke sekolah. Malas banget. Saya yakin sekolah akan makin dipenuhi oleh kumpulan orang yang terus berlari dalam mengejar omong kosong. Asal kalian tahu, omong kosong itu akan datang sendirinya. Kau tidak perlu berlari sekeras itu.

Seperti saya.

Saya yakin semua pasti akan baik-baik saja seiring dengan waktu yang berjalan. Namun sayangnya, kenyataan berbanding terbalik dengan apa yang saya harapkan.

Kondisinya malah makin memburuk.

Beberapa orang yang kenal saya sejak dulu mengatakan saya berubah. Saya tidak tahu berubah dalam artian apa. Karena sesungguhnya yang menilai kita adalah orang lain, bukanlah diri kita sendiri. Saya merasa seperti ini sejak dulu. Tapi, mereka benar-benar bersikukuh kalau saya sudah bukan diri saya lagi.

"Hei, lihat kesini..."

..."Apa saya masih seorang wanita?"

Hey, Dude.

Hey, Dude.

Bagaimana caranya menjadi putri tidur?

Bangkit Dari Kubur

Heyyaaaa~H! Yahooo~.

Oke, udahan deh teriaknya. Doakan saya semoga saya dapat bangkit dari keterpurukan saya :). Menjalani hari-hari saya dengan senyum, tidak menjadi diam dan begitu deh~~.

Nggak ada yang bisa saya bahas, yang jelas, saya 'akan' bangkit!



Semoga ^^.

Resensi Film : Coraline



Film yang diangkat dari novel karya Neil Gaiman ini adalah film anak-anak favorit saya. Bahkan mengalahkan cerita barbie-barbie ataupun Shrek yang saya suka sejak dulu. Saya sudah tahu tentang film ini dari SD, namun sempat menontonnya beberapa hari yang lalu setelah nemu bajakannya di tempat penjual dvd bajakan.

Sutradara : Henri Selick, 2009.

Versi novel


Juga ada versi komiknya.


Salah satu bagian dalam komik.


Sekarang, versi film.



Coraline bercerita tentang seorang anak kecil bernama Coraline (tentu saja) yang pindah ke sebuah rumah tua bernama Pink House (yang memang cat luarnya berwarna pink secara keseluruhan). Coraline adalah anak berambut pendek berwarna biru dan selalu memakai jas hujan berwarna kuning. Di sana, ia berteman dengan seorang anak aneh dengan motor liarnya bernama Wyborn (lucunya, ketika di eja secara terpisah, nama Wyborn dapat berubah menjadi Why you born? -kenapa kamu lahir?-). Oke, udahan humor segarnya :).

Berikut merupakan berbagai macam karakter dalam film ini.


Coraline suka ngambek sama orang tuanya yang kurang memperhatikan dirinya. Sehingga Coraline, hanya berputar-putar sendirian di rumahnya dan mengganggu orang tuanya.



Sampai suatu saat, Coraline menemukan pintu yang membawanya ke dunia lain. Dunia yang sama persis dengan rumah pink-nya. Perbedaan pertama, ibu dan ayahnya menjadi lebih ramah. Ibunya tidak lagi berada di depan komputernya, namun ia setia di dapur memasakkan Coraline makanan yang enak. Ayahnya juga berubah menjadi mengasyikkan. Perbedaan kedua, ibu dan ayahnya bermata sepasang kancing!







Coraline menjadi betah di dunia itu. Bahkan, ia berkata kalau ia ingin berada di sana selamanya. Ibu tiri bermata kancing memberi pilihan kepada Coraline, kalau ia ingin tinggal disana, ia mesti memasang mata kancing juga. Menjahit sepasang di matanya.



Tidak, Coraline belum memiliki mata kancing. Film ini diwarnai oleh aksi dari ibu tiri dalam memaksa Coraline, dan bagaimana Coraline dapat bertanggung jawab memperbaiki kerusakan yang ia buat.



Well, film ini merupakan salah satu film anak-anak yang paling saya suka. Backsound-nya keren. Membuat saya merinding dan membayangkan banyak hantu-hantu. Ide tentang mata kancing itu juga saya suka. Saya jadi ingat perkataan teman saya kalau setan itu hidup di dalam mata boneka. Mengingat itu, saya jadi makin merinding nontonnya.

Namun sayangnya, untuk tontonan anak-anak, dibawah 10 tahun ke bawah, saya masih nggak yakin apa mereka akan menyukai film anak-anak bernuansa gotik dan gelap ini. Tapi yah, yang jelas saya menyukainya. Hahahaha. Apalagi mengingat begitu telatennya pembuat film seperti ini membuat gerak-gerakan yang digerakkan secara manual, juga helai-helai rambutnya. Bahkan helai-helai pada ketiaknya. Membuat saya berpikir kalau film-film seperti ini benar-benar layak untuk dibilang bagus.

Nilai : 3.5/5