Resensi Film : Coraline



Film yang diangkat dari novel karya Neil Gaiman ini adalah film anak-anak favorit saya. Bahkan mengalahkan cerita barbie-barbie ataupun Shrek yang saya suka sejak dulu. Saya sudah tahu tentang film ini dari SD, namun sempat menontonnya beberapa hari yang lalu setelah nemu bajakannya di tempat penjual dvd bajakan.

Sutradara : Henri Selick, 2009.

Versi novel


Juga ada versi komiknya.


Salah satu bagian dalam komik.


Sekarang, versi film.



Coraline bercerita tentang seorang anak kecil bernama Coraline (tentu saja) yang pindah ke sebuah rumah tua bernama Pink House (yang memang cat luarnya berwarna pink secara keseluruhan). Coraline adalah anak berambut pendek berwarna biru dan selalu memakai jas hujan berwarna kuning. Di sana, ia berteman dengan seorang anak aneh dengan motor liarnya bernama Wyborn (lucunya, ketika di eja secara terpisah, nama Wyborn dapat berubah menjadi Why you born? -kenapa kamu lahir?-). Oke, udahan humor segarnya :).

Berikut merupakan berbagai macam karakter dalam film ini.


Coraline suka ngambek sama orang tuanya yang kurang memperhatikan dirinya. Sehingga Coraline, hanya berputar-putar sendirian di rumahnya dan mengganggu orang tuanya.



Sampai suatu saat, Coraline menemukan pintu yang membawanya ke dunia lain. Dunia yang sama persis dengan rumah pink-nya. Perbedaan pertama, ibu dan ayahnya menjadi lebih ramah. Ibunya tidak lagi berada di depan komputernya, namun ia setia di dapur memasakkan Coraline makanan yang enak. Ayahnya juga berubah menjadi mengasyikkan. Perbedaan kedua, ibu dan ayahnya bermata sepasang kancing!







Coraline menjadi betah di dunia itu. Bahkan, ia berkata kalau ia ingin berada di sana selamanya. Ibu tiri bermata kancing memberi pilihan kepada Coraline, kalau ia ingin tinggal disana, ia mesti memasang mata kancing juga. Menjahit sepasang di matanya.



Tidak, Coraline belum memiliki mata kancing. Film ini diwarnai oleh aksi dari ibu tiri dalam memaksa Coraline, dan bagaimana Coraline dapat bertanggung jawab memperbaiki kerusakan yang ia buat.



Well, film ini merupakan salah satu film anak-anak yang paling saya suka. Backsound-nya keren. Membuat saya merinding dan membayangkan banyak hantu-hantu. Ide tentang mata kancing itu juga saya suka. Saya jadi ingat perkataan teman saya kalau setan itu hidup di dalam mata boneka. Mengingat itu, saya jadi makin merinding nontonnya.

Namun sayangnya, untuk tontonan anak-anak, dibawah 10 tahun ke bawah, saya masih nggak yakin apa mereka akan menyukai film anak-anak bernuansa gotik dan gelap ini. Tapi yah, yang jelas saya menyukainya. Hahahaha. Apalagi mengingat begitu telatennya pembuat film seperti ini membuat gerak-gerakan yang digerakkan secara manual, juga helai-helai rambutnya. Bahkan helai-helai pada ketiaknya. Membuat saya berpikir kalau film-film seperti ini benar-benar layak untuk dibilang bagus.

Nilai : 3.5/5

0 Respon pembaca:

Posting Komentar