Kimi Ni Todoke the Movie vs Komik!

Oh ya ampun, saat saya sedang jalan-jalan di blog ini saya baru tahu lho kalau ternyata Kimi Ni Todoke itu ada versi filmnya! XD, OH MY GOD! Rasanya nggak sabar buat ngedownload ~,~

Bandingkan deh versi film dan komiknya...



Ini versi film :



Beda banget kan? Yang jadi cowoknya cakep banget dan yang jadi ceweknya tuh cantik. Nggak ada kesam seremnya kayak Sadako.

Nah, sementara Kimi Ni Todoke ini bercerita tentang Sawako Kuronuma yang dijauhi sama teman-temannya karena wajah dan auranya mirip tokoh Sadako di film The Rings. Tapi, berbeda dengan Shota Kazehaya, salah satu anak populer di sekolahnya yang tetap menganggap kalau Sawako itu manusia.

Komik ini lumayan laris di Jepang :D

Redaksi Majalah

Berminggu-minggu yang lalu kiranya. Saya ditelfon oleh redaksi majalah K yang ingin mengkonfirmasi mengenai cerpen yang telah saya kirimkan berbulan-bulan sebelumnya. Sangat disayangkan, staf tersebut menelefon saya pada waktu yang sangat tidak tepat.

Ya, sangat tidak tepat.

Kiranya jam satu siang, saat istirahat kedua berlangsung, saya tengah tertidur di dalam kelas. Saat itu, saya memang sedang didera kantuk yang luar biasa sehingga saya pun tertidur di kelas dengan lelapnya.

Kemudian kejadian itu bermula.

Saya merasakan ada getar-getar di paha kanan saya. Saya tahu kalau getar itu berasal dari HP saya. Dengan ogah-ogahan tingkat akut, saya meraih HP saya dan menatap layarnya sesaat dengan mata lelah.

Nomor nggak dikenal.

Awalnya saya tidak ingin menggubris, namun saya lumayan penasaran dikarenakan rangkaian nomor-nomor tersebut berasal dari kota lain. Saya jadi terdorong untuk mengetahui barangsiapa yang nyasar gila-gilaan ke nomor saya. Maka dari itu, saya mengangkatnya.

Saya : Hem??

Dengan suara yang begitu lembut dan tertata bak seorang pembaca berita, wanita yang berada di seberang mulai ngomong panjang.

Wanita-di-seberang : Kami dari redaksi majalah K, apa betul ini Mbak Wildy De Partie Muchlis yang mengirimkan cerpen yang berjudul 'Fairy Tree Story'?

Saya : Ah, iya...

Wanita-di-seberang : Sekali lagi kami ingin mengkonfirmasi, apa benar cerpen ini tidak pernah dimuat dalam media apapun?

Saya : Ah, iya...

Wanita-di-seberang : Betul, tidak pernah? Dimuat di facebook atau blog, begitu...

Saya : Blog, pernah...

Sepertinya, wanita itu menemukan secercah harapan yang hilang. Dengan nada puas, dia melanjutkan kalimatnya.

Wanita-di-seberang : Maaf, karena sudah menjadi peraturan kami bahwa karya tidak dapat dimuat dalam media manapun. Maka, dengan sangat terpaksa karya ini saya tolak.

Saya : Ah, iya...

Saya tak berekspresi. Pikiran saya masih diangan-angan.

Wanita-di-seberang : Mungkin Mbak bisa mencoba di kesempatan lain.

Saya : Ah, iya...

Tut..tut..tut...
Telepon di tutup.

Saya kembali tertidur melanjutkan mimpi yang telah saya rajut tadi. Beberapa menit setelahnya, saya baru sadar kalau karya saya ditolak karena ketidakseriusan saya dalam mengobrol. Tapi yah, saya tidak menyesal akan keputusan saya karena di tengah-tengah batas sadar saya itu, saya berkata jujur.

Sebelumnya, saya sudah mendapat email yang berisikan konfirmasi dari redaksi tersebut bahwa karya saya layak muat dan akan masuk list tunggu. Semudah itu, saya menghancurkan impian yang saya bangun selama berbulan-bulan.

Dan semudah itu pula, saya kembali tertidur.

Girlband dan Boyband

Teman-teman saya itu maniak boyband atau girlband korea. Dimanapun mereka berada, perbincangan tentang 'ih, cakepnya cowok ini!' atau 'di video ini, dia tampak jelek dengan botak setengahnya!' nggak bisa dihindarkan. Saya yang awalnya nggak tahu apa-apa tentang mereka. Mau nggak mau, jadi ikut-ikutan juga.

Saya ini memang gampang terbawa arus.

Demi Apapun...

Oh ya ampun, demi apapun yang ada di dunia ini...


Saya belum sama sekali mengerjakan pr ekonomi. Demi apapun, saya nggak tahu kalau ternyata tugas yang ada di dalam lks ekonomi itu lumayan banyak yang kayaknya nggak cukup dikerjakan dalam jangka waktu tiga hari.

Secara nggak sengaja, dua hari lagi lks itu bakal dikumpul.

Oh ya ampun, demi apapun yang ada di dunia ini. Kiranya, alasan apa ya yang bagus untuk saya utarakan di hadapan ibu guru saya? -___-

Sejak Kapan

Entah sejak kapan, saya juga tidak tahu, hidup saya menjadi kacau balau. Seperti manusia dunia lain yang tak terurus.

Arwah Goyang Karawang

Pertengkaran antara Jupe dengan Depe diambil manfaat positifnya oleh rumah produksi film 'Arwah Goyang Karawang'. Sebenarnya, saya nggak peduli-peduli amat ama mereka berantem apa enggaknya, atau film mereka sukses atau enggaknya.Tapi, waktu saya ngelihat cover filmnya. Saya jadi ngakak nggak jelas.

Seperti inilah cover film Arwah Goyang Karawang tersebut :


Oh ya AMPUNN!!! What the **** are they doing???? Mereka memasukkan 'termasuk adegan asli' ke dalam filmnya untuk meraup banyak penonton. -___-

Bagaimana pendapat anda? -____-'

Ngomong tanpa Berpikir dan Linglung

Saya ini sepertinya merupakan salah satu orang yang linglung diantara semua orang linglung di seluruh dunia. Kalau dihitung-hitung kiranya, saya adalah orang linglung level 3 dari 4 level. Nah, saya menjuluki diri saya dengan sebutan linglung akibat beberapa hal, yang pastinya, itu adalah sebuah kenyataan...

-tragis...

Dimulai saat saya sedang menjaga warnet papa saya. Entah dari client berapa, seroang pria muda mendekati operator tempat saya tengah duduk bersantai sembari bermain games online.

Dia : Headset, dong.

Saya kemudian menyalakan kipas angin. Angin berhembus...

----khafilah berlalu.

Dia : HEADSET!

Saya : OH!


Tidak sampai di situ kelinglungan saya. Beberapa hari kemudian, seorang pelanggan entah dari client berapa lagi, berteriak dari kabinnya.


Dia : pesan pop mie, Mbak!

Saya memberikan anggukan kecil. Pertanda saya telah mengerti apa maksudnya. Sedetik -ah... beberapa detik kemudian, saya menemui ibu saya.

Saya : Ma, ada yang pesan kopi.

Client yang mendengar itu langung berteriak ke saya.

Dia : POP MIE, MBAK!

Hening.


Lagi-lagi tak sampai disitu kelinglungan saya.

Beberapa hari setelahnya, saya mengendarai motor ke tempat bimbingan belajar tempat saya bergelung. Sepulang dari sana, saya berjalan dengan 'sok' ke parkiran, memamerkan diri saya yang akhirnya bisa naik motor.

Saya memasukkan kunci motor ke tempat seharusnya ia berada. Saya kemudian duduk di atasnya. Dengan gagah (ngomong-ngomong saya cewek lho), saya memakai helm dan telah siap lahir batin untuk berkendara.

Saya menyalakan stater dengan raut wajah sok.

Bim salabim abrakadabra. Bawang putih oh bawang merah. Gunung meletus. Tsunami melanda. Manusia bertelur dan tikus beranak.

Mesin motornya nggak nyala-nyala.

Saya : Ah... tenang saja...

Saya dengan santai mengecek standart (entah ini tulisannya benar atau tidak) motor. Oh ya ampun! standartnya ternyata sudah dinaikin. Terus apa masalahnya?

Malu-maluin...malu-maluin... Saya gimana pulangnya, dong?

Beberapa menit saya galau, akhirnya saya nemu masalahnya. Saya ternyata lupa memutar kunci dari off ke on.

Kacau berat.


Terlepas dari kejadian stater-nggak-nyala-gara-gara-belum-mutar-kunci-itu, tadi pagi, saya di suruh beli sayur tumbuk sama mama di warung makanan jadi. Saya pun ke sana setelah mencuci muka dengan bersih dan sikat gigi.

Saya : Beli kangkungnya.

Hening sejenak.

Mbak-mbak yang jualan : Kangkung... mentah?

Saya berpikir kalau mbak-mbaknya lagi curcol. Jelas-jelas sayur yang saya maksud ada di lemari tembus pandang itu, tapi kok dia malah nanya mentah atau tidaknya. Mungkin mbaknya habis bangun tidur kali ya.

Oh ya ampun! Ternyata saya yang salah ngomong!

Saya : EH! Bukan! MAAF, itu! eh itu, saya mau beli sayur tumbuk! Ya ampunnn!!!

Mbak-mbak yang jualan tertawa terbahak-bahak. Saya mengakui, ternyata saya itu linglung ya... -___-

Akhirnya...

Ah.

Setelah sekian lama saya telah vakum dalam dunia per-blog-an (jangan berkomentar dengan istilah ini). Akhirnya, saya dapat memposting sesuatu.

Selama saya vakum, ada banyak hal yang terjadi dalam diri saya. Entah itu hal yang menyedihkan, atau hal yang menyenangkan. Ada banyak pengalaman yang terjadi dalam diri kita, dan kita tak akan tahu, seberapa banyak pengalaman-pengalaman baru yang ada luar sana.

:)

Tanpa berkata-kata lebih banyak lagi, akhirnya, saya kembali memposting sesuatu :).

Jawaban

Ketika suatu hubungan tak hanya masalah sayang dan cinta...


Ah, saya tidak tahu apa lagi yang mesti saya tuturkan saat ini. Saat ini saya berada pada puncak dari kestressan saya. Masalah ini dan masalah itu digabung bersama-sama, membuat saya menjadi meledak. Frustasi dan segala-galanya.