[curcol] Rain Affair


“Nath, kalau waktu itu nggak hujan, apa kamu bakal menikah denganku?”

Hem, sepuluh menit yang lalu –mungkin, saya menghabiskan novel metropop berjudul Rain Affair, karyanya Mbak Clara Canceriana, sesosok wanita yang nggak saya kenal (ngomong-ngomong, kenapa kita membahas ini?). Well, saat ini saya lagi nggak pengen membahas gimana plot, gaya bahasa, penokohan dan bla bla bla, yang notabene (cie elah) sering saya bahas setelah saya membaca suatu karya sastra.

Intinya, saya bakal membahas kalimat terakhir dalam epilog novel tersebut, yaitu, tidak lain dan tidak bukan adalah kalimat yang saya tulis di awal artikel blog ini. Well (diiming-imingi dengan ‘well’ lagi), saya pikir, itu bukanlah pertanyaan yang pantas untuk ditanyakan.

Saya pikir semuanya adalah takdir. Kalau saja dia berkata seperti itu, maka saya turut bertanya dengan maksud yang sama kepada pacar saya, “Sayang, kalau seandainya waktu itu aku nggak masuk kemudian, apa kita nggak bakal pacaran?” atau mungkin lebih jauh lagi, mama aku bakal nanya ke papa aku, “Pa, kalau seandainya mama kuliah dan nggak jadi kerja di hotel, apa papa bakal nikahin mama?”. Lebih jauh lagi, “Kek, kalau seandainya mama dan papa nenek nggak jadi menikah, apa kakek bakal nikahin nenek?”

Runyam banget, kan?

Kalau seandainya semua orang nanya gitu, dan tau-taunya takdir berubah. Gila aja! Takdir berubah dikit, saya nggak bakal lahir di dunia ini. Jadi, buat apa hal-hal yang menyangkut takdir itu dipertanyakan?

Eh eh, udah deh, pusing saya…

Memang paling asoy curcol di blog XD.