Lagi-lagi saya sakit.
Sakit kali ini bukanlah sakit saya secara fisik, tapi sakit saya secara batin. Bukan, bukan karena cinta. Bukan pula karena tekanan sekolah. Bukan, tolonglah jangan asal menebak.
Saya rasa, saya ingin segera kabur dari rumah.
Saya tidak ke sekolah hari ini. Saya tidak siap batin untuk menyerap segala sesuatu sampai kelas berakhir. Dan kalau saja keesokan harinya kewajiban saya tidak ditagih, mungkin esok saya tidak akan ke sekolah juga. Saya ingin cepat-cepat menyelesaikan semester ini dan mendapatkan indeks bawah. Kemudian, saya akan tertawa-tawa di atas nilai saya. Saya akan menunjukkan kepada orang-orang beruntung itu bahwa hanya saya yang bisa merubah kehidupan saya, bahwa cara mereka membuat saya sadar itu salah. Bahwa saya sudah menyerah dengan segala-galanya. Bahwa saya bukan seorang dewa. Bahwa saya memang memalukan.
Namun sayangnya, tidak sekolah membuat batin saya semakin tersiksa. Mereka membuat saya tersiksa. Mereka hanyalah orang-orang beruntung yang mendapatkan kesempatan lebih dulu lahir dibandingkan dengan saya. Mereka -lagi-lagi- hanyalah manusia beruntung yang memakai predikat mereka untuk menjamah kepribadian saya. Untuk menyiksa saya.
Saya ingin segera kabur dari rumah. Saya ingin segera menyelesaikan sekolah saya dan cepat-cepat bekerja menghidupi diri saya sendiri. Saya tidak butuh apa-apa. Saya hanya butuh sendiri. Saya lebih baik sendiri, tak bersosialisasi membuat saya jauh lebih baik.
Saya ingin lenyap, serius.
Kenyataannya, saya akan menganggap saat ini adalah suatu cobaan yang sangat berat (sok berpikir positif) seolah-olah ini adalah langkah menuju kedewasaan saya. Toh, semakin lama, saya semakin kuat –ah ralat, sebenarnya saya tidak semakin kuat, semakin batu, tepatnya.
Well, sayang sekali orang-orang beruntung itu tidak mengendus seluruh bau busuk yang saya sembunyikan di dalam lemari saya.
0 Respon pembaca:
Posting Komentar