Saya dan Kepribadian-Kepribadian Saya yang Lain!

Oke, saya berkepribadian ganda.

Bukan... bukan yang kayak kamu pikirkan itu. Bukan saya yang lagi tidur lalu tiba-tiba bangun dan nikam orang dari belakang. Rupanya kepribadian saya nggak serumit dengan apa yang dialami Billy pada Seribu Wajah Billy. Bahkan, kepribadian itu saya ciptakan sendiri.

Oh iya. Sebelum saya bercerita tentang kepribadian saya yang lain, saya mau curhat tentang bergabungnya pria kecil unyu dengan nama ikan dari China ini di hati saya :3 (berasa alay)



Dialah.......... XI LUHAN!! PRIA YANG GETER-GETERKAN KANTONG CELANA KAYAK ORANG NYARI RECEH ITU!! HUAHAHAHAHA! Saya gak tau kenapa pria China pendek kecil yang namanya kayak ikan itu bisa menelusup masuk ke hati saya. Tapi dia punya charm yang mampu membuat saya gak berkedip. Well, oke, saya memang alay. Tapi seenggaknya saya mengalay di tempat yang benar ^^.

Pas saya nonton MV debutnya EXO yang Mama, banyak kontroversi kalau MAMA tuh agak-agak... errr... menyinggung agama dengan simbol-simbolnya. Apalagi dengan pembuka yang menampakkan cowok-cowok berjubah hitam dengan simbol bercahaya dan beberapa bagian pemujaan. Tapi gimana ya... bagi maniak fantasi kayak saya... ITU KEREN BANGET LHO!!! ._____.

Saya ga peduli sih. Mereka cuman idola saya. Bukan calon suami saya (?). Suka kan nggak berarti saya bakal ikut-ikutan nyimbol. Dan demi apa gitu ya kalau dilihat dari sudut pandang fantasi, mereka tuh keren banget *__*

Well, udahan.

Mengenai kepribadian saya... errr... saya ngerasa lucu aja pas memeranin orang yang unyu dan lebih tua pada saat yang bersamaan. Ah, dan saya juga menulis beberapa fanfiction tentang Song Joongki. Awalnya dia jadi pemeran utama dan Luhan (yang mulanya namanya cuman dipinjem doang) cuman jadi pemeran pembantu. Tapi lama kelamaan, sepertinya Luhan akan menjadi pemeran utama! .___. Maapin saya reader blog! HUAHAHAHAHAHA! *postingan geje*

Udahan ah. Saya kabur aja~

Mengungkap Hal Lama yang Tak Berlangsung Saat Ini

Nah, selamat hari kelahiran. Saya nggak tahu mesti berbunga-bunga apa nggak. Bukannya, ketika kita bertambah tua, kita akan semakin dekat dengan kematian?

Well, kali ini saya akan mengungkap bagaimana saya dulu dan membandingkannya dengan saya yang sekarang. Saya agak terkejut juga karena saat ini saya banyak berubah. Kalau dulunya saya memiliki hubungan yang rentan dengan keluarga saya, saat ini saya dengan mereka malah sangat lengket. Bahkan mama pun kadang-kadang ngobrol tentang masalahnya kepada saya.

Kalau dulunya, saya adalah seorang yang pendiam. Yang merasa tidak memiliki siapa-siapa dan senantiasa bergantung pada seseorang. Saat ini ada banyak manusia-manusia yang menyenangkan yang senantiasa mengelilingi saya. Dan hebatnya, saya sudah tidak bergantung lagi. Akan tetapi, saya sudah tidak sendirian. . Awalnya agak aneh memang, tapi saya merasa jauh lebih baik.

Saya mengakui kalau saya sendiri sudah melalui banyak masa-masa pahit. Masa-masa yang bahkan teman terdekat saya sendiripun tidak tahu apa dan bagaimana. Tapi, seiring dengan berjalannya waktu, dari tahun ke tahun, saya akhirnya keluar dari masa-masa saya itu. Itu berarti, saya sudah lebih dewasa iya kan?

Saya ingat, tahun lalu, teman saya menuding kalau saya terlalu kekanakan. Cempreng. Dan agak berisik. Ketika itu saya menatapnya dengan tatapan terdingin saya. Menganggap dia adalah orang yang paling sok tahu dalam kehidupan pribadi saya. Bagaimana bisa, dengan mulut itu, dia menilai saya sebegitu standarnya padahal sesungguhnya, dia tidak tahu menahu sama sekali akan kehidupan saya yang sebenarnya?

Well, yang tua belum tentu dewasa dan yang muda belum tentu kekanakan. Jalani segala hal yang Tuhan berikan kepadamu, entah itu hal yang pahit, manis, atau keduanya. Jika diawalnya kau ingin menangis menghadapi hal-hal mengerikan itu, maka hadapilah. Saya yakin, suatu saat nanti kau akan tersadar betapa berharganya hal-hal pahit yang Tuhan berikan kepadamu ketika itu. Dan seperti itulah, bagaimana kau dapat memaknai sebuah kehidupan.

Selamat ulang tahun, diriku... :)

About 'Love'?

Em, saya ingat ketika seseorang mengatakan perasaannya kepada saya. Dia berkata kalau betapa pedihnya ketika kita mencintai seseorang yang tidak mencintai kita.

Saya pun seperti itu.

Saya menyukai orang yang salah. Dan sepertinya, saya mesti menyerah dan menyambut pria lain dengan kedua tangan saya yang lebar.

Mimpi yang Baik Bagian ke-2

Ketika itu saya pulang ke rumah. Saya mengendarai mobil yang saya lupa siapa supirnya. Di perjalanan pulang, saya melihat langit senada dengan kepulan asap rokok. Hampir gelap seluruhnya.

Tiba-tiba, semua orang menangis. Siapapun itu. Saya bertanya-tanya kenapa. Tapi nggak ada yang mau menjawab pertanyaan saya.

Seketika itu, saya tersadar kalau dunia akan kiamat.

Hal yang paling pertama saya pikirkan adalah ibu saya. Ibu saya sedang hamil besar. Dan saya mesti menolong ibu saya apapun yang terjadi. Saya tidak peduli kalau saya akan mati mengenaskan. Asal ibu saya bisa selamat. Atau setidaknya, meninggal tanpa merasakan sakit yang luar biasa.

Saya mulai merasakan dingin di ujung jari saya. Kemudian menyusun rencana panjang seraya terus menatap langit. Saya berniat membawa ibu saya ke atap rumah atau ke lapangan yang terhindar dari resiko rumah runtuh ataupun pohon tumbang. Nah, ternyata, ketika saya telah sampai di muka rumah saya...

...saya diberi tahu kalau kepulan asap itu berasal dari tabung PLN yang memang cuman berjarak kurang dari 1 KM dari rumah saya.

Waddehek?

Mimpi yang Baik

Kemaren saya dengar khutbah. Khutbah yang saya dengar itu berjudul Mimpi dalam Sudut Pandang Islam. Karena saya duduk di barisan yang paling belakang, saya cuman mendengar kalimat 'Mimpi yang Baik' terulang terus-menerus.

Well, tentang mimpi. Di post sebelumnya saya udah ngungkit-ngungkit tentang mimpi ketemu artis. Nah, hidup memang bagaikan roda yang terus berputar...

Kali ini saya mimpi buruk.

Mimpi buruk terjadi dua hari sebelum saya nge-post artikel ini. Sungguh, kedua-duanya memiliki tingkat ke-nggaklogisan yang sama. Saya dengar dari khutbah kalau mimpi yang buruk tidak boleh kita beritahukan kepada orang lain. Tapi yah, meskipun begitu... tangan saya udah gatel buat ngumbar-ngumbar mimpi jelek saya.

Dua hari yang lalu, saya lagi ngambek. Saya lupa karena apa dan disitu ada papa saya. Kenyataannya, papa saya telah berangkat ke luar negeri untuk bekerja. Tapi toh ini mimpi. Saya lupa kalau papa saya sebenarnya tidak ada di Indonesia.

Singkat cerita, saya ngambek berat. Lupa karena apa. Nah, karena ngambek saya berjongkok dan berpura-pura tertidur. Menurut pemikiran saya saat itu, dengan pura-pura tidur sambil jongkok, bisa mengantarkan kita ke tempat yang lain. Errr, saya juga nggak ngerti gimana ngejelasinnya. Tapi itu benar-benar terjadi! Maksud saya, ketika saya pura-pura membatu, tiba-tiba, tanah bergera membawa saya entah kemana. Solah-olah saya sedang menaiki eskalator rata.

Saya sampai ke suatu perempatan gelap dengan bangunan-bangunan tak berpenghuni. Tidak ada pejalan kaki ataupun kendaraan. Beberapa bangunan diantaranya memiliki lampu berwarna-warni. Saat itu pula saya tahu kalau saat itu saya sedang berada di depan sebuah mall panakukang. Kalau dipikir-pikir, potret mall panakukang yang ada di Makassar berbeda jauh dengan yang saya lihat di mimpi saya.

Saya masuk ke mall.

Sesampai disana, saya mengunjungi toko buku yang berada di lantai satu. Toko buku itu memiliki satu rak khusus novel. Tapi novelnya nggak menarik sama sekali. Saya berputar ke rak majalah. Ternyata kebanyakan dari majalah yang ada di sana adalah majalah keluaran lama. Herannya, untuk majalah donal ebbek keluaran lama dihargai 26.000.

Saya speechless.

Nggak jadi beli majalah, saya kembali ke rak novel. Ketika saya merapikan buku-buku yang teracak-acak, saya melihat sebuah analog berwarna merah yang waktunya terhitung mundur. Analog itu seperempat dari besar kotak korek api. Saya kaget. Menerka-nerka kalau itu adalah bom.

Waktu yang tersisa saat itu kira-kira kurang dari 20 detik. Saya panik. Wanita yang ada di samping saya juga panik. Saya berdebar ketika berlari keluar dari toko buku dan menuju jendela. Herannya, disana ada ibu saya.

Saya berteriak memanggil ibu saya.

Lalu adik lelaki saya berlari mendahului ibu saya yang sedang berteriak ketakutan. Ibu saya menyuruh nenek saya keluar dengan cepat dari mall. Termasuk dengan kakek saya. Ketika saya telah berada di luar mall, entah kenapa mall itu berpindah lokasi menjadi rumah nenek saya. Alhasil, ketika itu saya tengah berada di halaman rumah nenek.

Saya masih panik. Meskipun saya telah berada di kebun belakang nenek saya, saya tetap berlari sambil mengkhawatirkan ibu. Saya menunggui ibu saya mengajak nenek. Sementara itu saya bersiap-siap melompat ke kanal.

Dan ketika bom itu akan segera meledakkan dirinya. Ketika saya sudah merasakan feel ledakan...

Saya tiba-tiba terbangun dengan nafas terengah. Dada saya seperti dihantam oleh benda keras.

Saya ngerasa takjub.


Nah, mimpi kedua saya akan saya ceritakan di post selanjutnya :)