Belajar

Catatan penulisan : 'Belajar' ini sudah kuposting di situs http://www.kemudian.com dengan judul yang sama.

Cekidotttt !!!

Saat kau membaca judul ini, mungkin kau berfikir kalau-kalau ‘aku sedang frustasi dengan deret aritmatika’, atau ‘mungkin dengan logaritma atau dengan trigonometri’. Ya, memang benar adanya kalau aku pusing dengan masalah akademik itu. Tapi mempelajari pelajaran yang satu ini benar-benar lebih buruk dibandingkan masalah akademik-akademik itu. Aku tak salah bilang, lebih buruk

Ya ampun, aku benar-benar benci belajar mengendarai motor.


Semua ini berawal dari ajakan mama. “Wil!!!” panggilnya semangat, namun hanya kutanggapi dengan malas-malasan. Aku merasa lebih asyik main facebook di laptop.

“Bagaimana kalau kau belajar naek motor?”

“Aku udah bisa.”

Mama kaget, “Ha? Beneran? Kapan belajarnya?”

“Ya ampun, Ma! Kalo naek gampang! Ngendarainnya yang nggak tau,” ucapku sambil membalas pesan-pesan facebook kawanku. Sepertinya mama ingin menjitakku dengan gaya yang cantik.

Tiba-tiba, entah datang darimana. Entah bagaimana dia muncul. Dengan seringai jahatnya, kuku-kuku hitam yang panjang, kulit hitam dan wajah yang gembul bak penjahat kelas kakap. Adekku yang menyebalkan setengah mati itu menawarkan dirinya, “Kak! Biar saya yang ajar!”

Atas dorongan mama dan nenek yang menggebu-gebu, akhirnya aku memutuskan untuk belajar.

Astaga, bahkan aku tak menyadari kalau adekku sedang menyeringai jahat. Sepertinya ia ingin membalas dendam karena saat ia kuajari pelajaran matematika, sebab saat itu aku menjitak kepalanya sampai benjolnya bersusun kayak Shin-Chan.

***

Akhirnya, dimulailah belajar mengendarai motor itu yang serasa seperti berada di neraka jahanam. Astaganagabonarjadidua, tak tahu dasar tak tahu apapun. Diriku langsung dihadapkan dengan motor matic yang jahanamnya minta ampun.

Si Dodol (nama disamarkan), memegang setir motor yang lumayan besar itu. Aku memucat.

“Kamu naek, putar gasnya trus tarik (?) rem tangannya,” ujarnya. Ya ampun, diriku benar-benar tak tahu apa-apa sudah disuruh mengendarai. Tapi akhirnya, aku ikut-ikut perintahnya saja.

Gugup, langsung saja aku tancap gas, ampun! Mukaku pucat setengah mati, motor hampir menukik di gundukan pasir. Perasaanku saat itu tak bisa digambarkan dengan terperinci. Yang jelas, Si Dodol sialaaaannn!

Sambil tancap gas, diriku nge-rem pakai rem tangan. Sekonyong-konyong, motor jahanam itu meraung-raung karena diriku tancap gas sambil nge-rem. Pasrah, aku lepas tangan dan motor itu berhenti seketika. Jantungku sudah deg-degan setengah hidup, si dodol mengerjai aku atau mau bikin aku mati sih?. Tetangga-tetangga yang melihat tertawa habis-habisan, ya ampun, diriku dibuatnya malu dengan sukses.

Yang jelas, seumur hidup. Aku tak akan mau diajar apapun sama Adek yang ultra menyebalkan seperti dia. Diriku yang masih lugu dalam dunia perkendaraan ini, maksudnya, belum tahu apa-apa, tiba-tiba saja langsung disuruh mengendarai motor jahanam itu. Sial!

Kalau tahu kejadiannya seperti ini, aku lebih baik belajar trigonometri.

0 Respon pembaca:

Posting Komentar